Kamis 07 Dec 2023 16:49 WIB

Panen Biopori Jumbo di Yogyakarta Hasilkan 1 Ton Pupuk Organik

Kompos dari hasil biopori jumbo ini dapat dimanfaatkan sebagai penyubur tanaman.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Fernan Rahadi
Hasil panen biopori jumbo menjadi pupuk organik yang dilakukan warga Kampung Mangkuyudan, Kecamatan Mantrijeron, Kota Yogyakarta, Kamis (7/12/2023).
Foto: dokpri
Hasil panen biopori jumbo menjadi pupuk organik yang dilakukan warga Kampung Mangkuyudan, Kecamatan Mantrijeron, Kota Yogyakarta, Kamis (7/12/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Warga di Kampung Mangkuyudan, Kecamatan Mantrijeron, Kota Yogyakarta, memanen biopori jumbo yang dikelola Kelompok Wanita Tani Subur Makmur, Kamis (7/12/2023). Dari panen biopori tersebut, dihasilkan 1 ton pupuk organik.

Hasil panen tersebut merupakan pengumpulan limbah rumah tangga yang sudah dilakukan hampir satu tahun yakni sejak 1 Januari hingga 7 Desember 2023. Penjabat (Pj) Wali Kota Yogyakarta, Singgih Raharjo pun mengapresiasi langkah tersebut, di mana masyarakat telah memaksimalkan keberadaan biopori jumbo dalam rangka mengurangi sampah organik di rumah tangga.

"Melalui biopori jumbo yang barusan kita panen ini, sudah berusia satu tahun dengan kedalaman 2,5 meter. Harapannya dari hasil panen dapat dijadikan produk penjualan warga RW berupa kompos dengan kemasan tertentu," kata Singgih, Kamis (7/12/2023).

Singgih menyebut, pupuk organik atau kompos dari hasil biopori jumbo ini dapat dimanfaatkan sebagai penyubur tanaman. Mulai dari terong, cabai, kangkung, dan tanaman lainnya.

Selain itu, kompos tersebut juga dapat meningkatkan perekonomian warga dengan menjual hasil kompos yang dipanen. Singgih pun berharap praktik baik tersebut dapat dilakukan oleh warga di wilayah lainnya di Kota Yogyakarta.

"Praktek yang bagus dan benar yang diinisiasi oleh warga ini kompak, sehingga dapat menjadikan lingkungan rumahnya bebas dari sampah. Semoga ini dapat diterapkan ke seluruh RW yang ada di Kota Yogyakarta," ujar Singgih.

Singgih menuturkan, jika warga di Kampung Mangkuyudan membutuhkan mesin pencacah sampah, maka pihaknya siap membantu. Dengan begitu, diharapkan pengelolaan sampah organik dapat dilakukan dengan lebih maksimal.

"Kami siap membantu misalnya dibutuhkan mesin pencacah, nanti akan ditindaklanjuti oleh DLH Kota Yogyakarta. Selain itu, jika diperlukan seperti enzim, E4, ataupun tetes kebo, kita siapkan. Bahkan, dukungan biopori jumbo dan jaringan pemasaran juga kita siap membantu," katanya.

Melalui bantuan yang diberikan, diharapkan dapat menambah semangat warga Kota Yogyakarta dalam memilah dan mengolah sampah. Hal ini mengingat persoalan sampah masih menjadi pekerjaan rumah (PR) yang harus diselesaikan bersama di Kota Yogyakarta.

Sementara itu, Lurah Kelurahan Mantrijeron, Bambang Purambono mengatakan, jenis limbah yang dimasukkan pada biopori jumbo tersebut merupakan hasil limbah rumah tangga dari dapur dan tanaman yang ada di sekitar RW 5 Kampung Mangkuyudan.

Dari hasil biopori jumbo ini, warga dapat menghasilkan pupuk tanaman yang bisa diperjualbelikan. Bahkan, per lima kilogram pupuk tanaman dihargai sebesar Rp 7.500.

"Hasil panen biopori jumbo ini sebagian dikelola atau diperjualbelikan, dan sebagian lainnya dimanfaatkan kembali untuk memenuhi kebutuhan tanaman sayuran warga sekitar,” kata Bambang.

Bambang menyebut, ke depannya akan tetap ditambah biopori baik dalam skala kecil dan maupun skala besar di wilayahnya. Selain menambah penghasilan warga sekitar, biopori ini juga ikut membantu pemerintah dalam mengurangi sampah di Kota Yogyakarta.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement