Jumat 15 Dec 2023 14:43 WIB

Tekanan Inflasi di DIY Diperkirakan Berlanjut Hingga Desember 2023

Laju inflasi DIY pada tahun 2023 dan 2024 diperkirakan lebih rendah.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Fernan Rahadi
Ilustrasi Inflasi
Foto: Foto : MgRol112
Ilustrasi Inflasi

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Tekanan inflasi DIY diperkirakan akan terus berlanjut hingga Desember 2023. Hal ini disampaikan Bank Indonesia (BI) DIY, mengingat adanya kenaikan harga pada sejumlah bahan pokok menjelang libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2024.

Berdasarkan rilis BPS, Kepala Tim Perumusan Ekonomi Kantor Perwakilan BI DIY, Arya Jodilistyo mengatakan, hingga November 2023 inflasi DIY masih dalam rentang target inflasi nasional, meskipun ada kecenderungan kenaikkan. Dilaporkan bahwa inflasi DIY pada November 2023 sebesar 0,35 persen (mtm).

Angka tersebut meningkat dari Oktober 2023 yang sebesar 0,25 persen (mtm). Secara kumulatif Januari hingga November 2023, katanya, inflasi DIY sebesar 2,80 persen (ytd), sementara pertumbuhan tahunannya meningkat menjadi 3,48 persen (yoy).

"Hasil survei pemantauan harga di minggu I Desember 2023 menunjukkan tekanan inflasi bulan Desember diperkirakan masih akan berlanjut," kata Arya di Kompleks Kepatihan, Kota Yogyakarta, Kamis (14/12/2023).

Arya menjelaskan bahwa tekanan inflasi tersebut utamanya didorong oleh kenaikan harga cabai merah sebesar 30,77 persen (mtm), emas perhiasan naik 4,33 persen (mtm), dan gula pasir naik 4,77 persen (mtm). Tekanan inflasi ini lebih tinggi didorong oleh kenaikan harga tiket angkutan udara 1,72 persen (mtm), dan harga tomat 19,92 persen (mtm).

"Sementara itu, penurunan harga bensin menahan inflasi di bulan Desember," ucapnya.

Meski begitu, Arya menuturkan bahwa laju inflasi DIY pada tahun 2023 dan 2024 diperkirakan lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya, dengan prasyarat kecukupan bahan pangan pokok strategis. Sinergi kebijakan yang lebih kuat antara pemerintah baik pusat dan daerah, serta BI melalui implementasi GNPIP dan optimalisasi pemanfaatan anggaran pemerintah untuk pengendalian inflasi pangan, katanya, diharapkan dapat mengarahkan inflasi dalam sasaran inflasi.

Terkait pasokan bahan pokok, Arya juga menuturkan aman. Hanya saja, siklus musiman yang bergerak menyebabkan inflasi itu relatif mengalami kenaikan.

"Siklus dari inflasi di DIY ini itu tidak terlepas dari kondisi-kondisi seperti yang pertama adalah HKBN, baik itu puasa, Idul Fitri dan juga Natal dan Tahun Baru itu akan cenderung membuat tekanan inflasi kita mengalami kenaikan," jelas Arya.

Selain itu, katanya, juga ada libur anak sekolah yang membuat tekanan-tekanan inflasi mengalami kenaikan di DIY. Meski demikian, Arya menegaskan bahwa di sisi lain juga ada faktor yang bisa mengerem kenaikan inflasi tersebut.

"Dari sisi apa? Yakni dari sisi pasokan panen baik itu padi maupun hortikultura yang membuat tekanan inflasi menjadi lebih terkendali,” ungkapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement