Senin 18 Dec 2023 14:29 WIB

MUI: Kejahatan Rusia di Ukraina Ujian Moral Indonesia

Meskipun rekonstruksi sedang dilakukan, banyak bangunan yang masih rusak berat.

Orang-orang melihat barisan besar tank dan pengangkut infanteri Rusia yang terbakar yang dirampas dipajang di jalan raya pusat Khreshchatyk saat warga Ukraina bersiap memperingati Hari Kemerdekaan di Kyiv, Ukraina, Selasa, (22/8/2023)
Foto: AP Photo/Efrem Lukatsky
Orang-orang melihat barisan besar tank dan pengangkut infanteri Rusia yang terbakar yang dirampas dipajang di jalan raya pusat Khreshchatyk saat warga Ukraina bersiap memperingati Hari Kemerdekaan di Kyiv, Ukraina, Selasa, (22/8/2023)

REPUBLIKA.CO.ID, KYIV — Majelis Ulama Indonesia (MUI) menilai akhlak bangsa Indonesia sedang diuji di tingkat internasional, dengan mendorong diakhirinya barbarisme Rusia yang sengaja menyasar nyawa warga sipil. Kesimpulan tersebut diungkapkan Yanuardi Syukur, Manajer Komisi Hubungan Luar Negeri dan Kerja Sama Internasional Majelis Ulama Indonesia (MUI) sekaligus dosen Antropologi Universitas Khairun (Unkhair), Ternate.

Pada Selasa (12/12/2023), delegasi masyarakat sipil Indonesia mengunjungi Gereja Katolik Ortodoks Ukraina Saint Andrew Pervozvannoho All Saints di Kota Bucha, tidak jauh dari Ibu Kota Kyiv yang merupakan lokasi permakaman pembantaian lebih dari 300 warga sipil, yang dilakukan oleh Angkatan Bersenjata Rusia selama pendudukan wilayah tersebut.

"Di kompleks Gereja St Andrew, saya melihat kuburan massal ratusan orang yang tewas ketika pasukan Rusia mengambil alih Bucha, sebuah kota yang berjarak 24 kilometer dari ibu kota Ukraina, Kiev. “Pembunuhan Rusia tidak pandang bulu. Mereka membunuh warga sipil dari segala usia, termasuk orang tua dan anak-anak, bahkan ada yang disiksa sebelum dibunuh," kata Syukur dalam siaran pers yang diterima Republika, Senin (18/12/2023).

Di Gereja St Andrew yang sudah dipugar namun menyisakan sejumlah kerusakan, foto-foto dokumentasi evakuasi mayat korban pembantai menjadi gambaran kenyataan suram atas apa yang terjadi. "Kejadian ini merupakan kejahatan luar biasa. Rusia membunuh warga sipil di sini tidak ada keharusan militer untuk melakukan hal ini. Ini adalah kejahatan perang, yang dimotivasi oleh tujuan Rusia untuk melakukan genosida di Ukraina," tuturnya. 

Menurut Syukur, negara-negara kekuatan menengah seperti Indonesia harus mampu mendorong diskusi di tingkat global mengenai kejahatan yang dilakukan oleh negara-negara seperti Rusia. Jika kita bisa mendorong agar Israel dihukum atas kejahatannya, tentu saja kita bisa mendorong agar Rusia juga dihukum. Konsistensi nilai dan moral Indonesia akan diuji dalam hal ini," katanya.

Yanuardi Syukur adalah bagian dari delegasi masyarakat sipil Indonesia yang melakukan perjalanan ke Ukraina untuk belajar tentang perang dan membangun kemitraan antara organisasi Indonesia dan Ukraina. 

Delegasi tersebut juga mengunjungi Borodyanka dan Irpin yang juga menyaksikan pertempuran sengit segera setelah invasi besar-besaran Rusia. Daerah ini mirip dengan Kerawang-Bekasi yang menjadi kubu pertempuran antara pejuang Indonesia dan penjajah Belanda. Meskipun rekonstruksi sedang dilakukan, banyak bangunan yang masih rusak berat.

Anggota delegasi lainnya, Dosen Universitas Airlangga Surabaya, Radityo Dharmaputra, kaget dengan kehancuran yang disaksikannya. "Saya melihat gedung apartemen yang sudah menjadi puing-puing. Ini adalah rumah penduduk. Orang-orang yang selamat hidupnya terkoyak," kata Radityo.

Selain Yanuardi Syukur dan Radityo Dharmaputra, delegasi masyarakat sipil Indonesia terdiri dari KH Arif Fahrudin (Wakil Sekjen MUI Pusat Bidang Ukhuwah Islamiyah), H Mokhamad Mahdum (Wakil Ketua BAZNAS RI), Moses Caesar Assa (Ahli Komisi 1 DPR RI), dan DR Algooth Putranto (Dosen Universitas Pembangunan Jaya).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement