Ahad 24 Dec 2023 12:05 WIB

50 Becak Bertenaga Alternatif Diluncurkan, Dorong Penurunan Emisi di DIY

Hal ini upaya untuk menciptakan harmoni antara tradisi dengan teknologi

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Yusuf Assidiq
Wakil Gubernur DIY, KGPAA Paku Alam X  melaunching Becak Kayuh Bertenaga Alternatif (BERKREATIF) di TKP Ketandan, Kota Yogyakarta.
Foto: Dokumen
Wakil Gubernur DIY, KGPAA Paku Alam X melaunching Becak Kayuh Bertenaga Alternatif (BERKREATIF) di TKP Ketandan, Kota Yogyakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Pemerintah Daerah (Pemda) DIY melalui Dinas Perhubungan (Dishub) DIY meluncurkan 50 unit Becak Kayuh Bertenaga Alternatif  ‘BERKREATIF’ sebagai salah satu upaya mendorong penurunan emisi di DIY. Terutama mendorong penurunan emisi di kawasan Sumbu Filosofi, di mana selaras dengan penetapannya sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO.

Setidaknya, ada 50 becak kayuh bertenaga alternatif yang diluncurkan di Tempat Khusus Parkir (TKP) Ketandan, Kota Yogyakarta, Sabtu (23/12/2023).

“Puji syukur karena kita masih dapat menjadi bagian dari momentum yang menandai awal transformasi di bidang transportasi rakyat dan perkotaan di DIY ini, yang dapat pula dimaknai sebagai upaya untuk menciptakan harmoni antara tradisi dengan teknologi,” kata Wakil Gubernur DIY, KGPAA Paku Alam X, pada launching BERKREATIF di TKP Ketandan, Kota Yogyakarta, Sabtu (23/12/2023).

Peluncuran BERKREATIF dengan tenaga listrik ini sekaligus menjadi upaya untuk menjaga eksistensi kendaraan tradisional becak kayuh khususnya di DIY. Dikatakan bahwa becak kayuh merupakan salah satu ikon Yogyakarta, di mana menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari nostalgia tentang Yogyakarta.

"Di mana agar tetap hidup, tradisi atau budaya tidak boleh stagnan. Terdapat dinamika zaman yang harus diikuti tanpa harus menghilangkan esensi tradisi atau budaya dimaksud," ujar wagub.

Pakualam X menyebut becak kayuh bertenaga alternatif tersebut merupakan komitmen jangka panjang DIY. Untuk itu, ia mengapresiasi diluncurkannya becak dengan tenaga listrik tersebut.

"Saya mengapresiasi diluncurkannya becak kayuh dengan tenaga alternatif beserta sarana prasarana pendukungnya pada hari ini,” jelasnya.

Apresiasi utamanya ditujukan kepada Balai Latihan Pendidikan Teknik (BLPT) DIY atas keseriusan dalam membangun prototype becak yang paling layak dari segi teknis. Tentunya, katanya, juga secara langsung maupun tidak langsung turut mempengaruhi kelayakan segi non teknis.

Demikian pula kepada BPTTG DIY, Dinas Perhubungan, serta pihak-pihak lain yang telah turut berkontribusi untuk urun pikir, urun tenaga, dan urun sumber daya dalam menemukan solusi atas isu terkait becak kayuh, serta isu penurunan emisi di DIY.

“Terlepas dari capaian yang hari ini kita rayakan bersama, momentum ini barulah awal satu dari sekian banyak milestone yang harus kita catatkan demi menjadikan transportasi DIY yang lebih ramah bagi lingkungan fisik dan lingkungan sosialnya. Serta yang sekaligus dapat mempertegas karakter yang selama ini telah melekat dan menjadi bagian dari jati diri DIY,” jelasnya.

Pada kesempatan sama, juga dilakukan peluncuran charging station untuk pengisi daya becak kayuh bertenaga alternatif ini. Begitu pun serah terima akta pendirian koperasi, dan launching Public Transport Information System (PTIS) yang juga turut dilakukan.

Kepala Dishub DIY, Ni Made Dwipanti Indrayanti, pun menyinggung terkait Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2016 tentang Moda Transportasi Tradisional Becak dan Andong yang disusun dalam rangka melindungi dan menjaga eksistensi moda transportasi tradisional, khususnya becak kayuh yang semakin lama tergerus oleh keberadaan becak motor.

Becak motor yang beroperasi di berbagai wilayah di Kota Yogyakarta saat ini, kata Made, sebenarnya merupakan suatu hal yang tidak sesuai dengan ketentuan yang ada di dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

"Dalam rangka menjaga eksistensi kendaraan tradisional khususnya becak kayuh, adanya penggunaan teknologi tentunya menjadi suatu hal yang memungkinkan selama sesuai dengan ketentuan yang berlaku," kata Made.

Dijelaskan Made, Dishub melalui dana keistimewaan (danais) 2022 telah melaksanakan kegiatan pembuatan prototype becak kayuh dengan tenaga penguat alternatif. Pada 2023 ini, dilaksanakan pengadaan becak kayuh dengan tenaga alternatif tenaga listrik sejumlah 50 unit.

Selain demi mempertahankan eksistensi becak kayuh, pengadaan becak tersebut juga dalam rangka mendukung program no emission zone khususnya di kawasan Sumbu Filosofi. Dengan ditetapkannya Sumbu Filosofi sebagai warisan dunia oleh UNESCO beberapa waktu lalu, maka ada konsekuensi untuk menjaga kebersihan lingkungan dari polusi udara khususnya di kawasan Sumbu Filosofi.

Program no emission zone di kawasan Sumbu Filosofi, lanjutnya, merupakan salah satu upaya dalam menjaga kesehatan dan kebersihan lingkungan dari polusi udara yang disebabkan oleh kendaraan bermotor.

“Untuk mendukung operasional becak kayuh tenaga alternatif, selanjutnya pada 2023 ini dibangun charging station yang dapat digunakan untuk mengisi daya bagi becak listrik," ungkap Made.

Charging station tersebut dibangun terintegrasi dengan lokasi parkir Ketandan. Harapannya, charging station ini bisa memberikan pelayanan kepada pengguna parkir untuk menuju Malioboro dengan menggunakan kendaraan tradisional.

"Lokasi charging station berada di tempat khusus parkir Ketandan di jalan Ketandan Wetan, Ngupasan, Kecamatan Gondomanan, Kota Yogyakarta, dan bersumber dari anggaran dana keistimewaan,” jelasnya.

Made juga menuturkan dalam mewujudkan kawasan no emission zone di kawasan Sumbu Filosofi, sarana angkutan umum juga akan menjadi target penurunan emisi ke depannya. Hal ini bakal diwujudkan dengan melakukan pengadaan bus listrik untuk angkutan umum pada 2024 mendatang.

"Tak hanya itu, dalam mendukung operasional kendaraan angkutan umum Trans Jogja, pada 2023 ini Dishub DIY juga telah melaksanakan pembangunan Public Transport Information System atau PTIS," kata Made.

PTIS pada Trans Jogja merupakan teknologi inovatif yang memudahkan pengguna transportasi umum dalam mendapatkan informasi perjalanan terkini. PTIS menampilkan estimasi waktu kedatangan bus yang dapat memproses data lalu lintas secara cermat untuk memberikan perkiraan yang akurat.

Selain itu, PTIS juga menampilkan berbagai informasi terkait transportasi bagi pengguna angkutan umum. Dengan PTIS, pengguna dapat dengan mudah mengetahui waktu tunggu bus, arah perjalanan yang akan diambil, serta kondisi lalu lintas di sekitar halte bus tersebut.

Teknologi itu dinilai akan membantu pengguna untuk merencanakan perjalanan dengan lebih efisien dan tepat waktu. Bahkan, dengan informasi yang jelas dan terperinci, dikatakan bahwa pengguna dapat lebih mudah menavigasi sistem transportasi umum yang ada di Trans Jogja.

“Pembangunan Public Transport Information System pada tahun ini dibangun di Halte Bus Trans Jogja yang berada di ruas Jalan Malioboro. Telah terpasang dua unit yaitu di Halte Malioboro 2 dan Halte Ngabean,” ungkap Made.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement