Jumat 05 Jan 2024 04:56 WIB

APTISI Wilayah V Ungkap Sejumlah Tantangan yang Dihadapi PTS DIY

Aptisi dorong perguruan tinggi swasta terus mengembangkan diri.

Rep: Febrianto Adi Saputro/ Red: Erdy Nasrul
Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (APTISI) Wilayah V DIY menggelar diskusi panel bertajuk Memajukan Perguruan Tinggi Swasta di Yogyakarta di Gedung Kuliah Umum Sardjito, Kampus Terpadu Universitas Islam Indonesia (UII), Kamis (4/1/2024).
Foto: Republika/Febrianto Adi Saputro
Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (APTISI) Wilayah V DIY menggelar diskusi panel bertajuk Memajukan Perguruan Tinggi Swasta di Yogyakarta di Gedung Kuliah Umum Sardjito, Kampus Terpadu Universitas Islam Indonesia (UII), Kamis (4/1/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (APTISI) Wilayah V DIY menggelar diskusi panel bertajuk 'Memajukan Perguruan Tinggi Swasta di Yogyakarta' di Gedung Kuliah Umum Sardjito, Kampus Terpadu Universitas Islam Indonesia (UII), Kamis (4/1/2024).

Ketua APTISI Wilayah V, Fathul Wahid, mengungkapkan ada sejumlah tantangan yang dihadapi Perguruan Tinggi Swasta (PTS), salah satunya banyaknya pendirian PTS di daerah lain di luar DIY. 

Baca Juga

"Sebabnya beragam kan, mulai dari fenomena kapal keruk PTN, kemudian juga pendirian banyak PTS di daerah-daerah," kata Fathul kepada Republika, Kamis.

Selain itu, Fathul mengungkapkan turunnya daya beli masyarakat juga jadi tantangan PTS DIY saat ini. Sehingga mereka tidak mampu untuk mengkuliahkan anaknya.

"Atau keempat preferensi yang berubah 'wes lah nggak perlu kuliah langsung kerja, langsung berusaha' itu juga bisa," ucapnya.

Untuk itu beragam tantangan tersebut menurutnya perlu dicari solusinya. Sebab ada beberapa tantangan yang di bawah kendali PTS, namun ada juga tantangan yang di luar kendali PTS.

Fathul mengungkapkan ada berbagai forum yang digunakan untuk menyampaikan tantangan tersebut ke pemerintah. Salah satu yang penting bagi PTS adalah adanya ekosistem yang lebih adil untuk tumbuh dan berkembang

"Alokasi anggaran, persaingan yang sehat, itu kan penting," ungkapnya.

Fathul mengatakan selama ini penerintah tak pernah memberikan anggaran untuk PTS kecuali untuk program-program tertentu. Berbeda dengan PTN yang memperoleh bantuan anggaran dari pemerintah.

"Intinya ada yang di bawah kendali kita untuk bertumbuh berkembang, tapi ada juga yang di luar kendali kita. Yang bisa kita gunakan selama ini ya menyampaikan, tidak bisa memaksa," kata Fathul.

Hal senada juga disampaikan Direktur Politeknik YKPN Yogyakarta, Sururi. Sururi mengungkapkan sejumlah tantangan pengembangan PTS Yogyakarta. Selain banyaknya PTS yang bermunculan di setiap kota, termasuk di luar Jawa, berubahnya PTN menjadi PTN BH juga menjadi tantangan yang dihadapi PTS di Yogyakarta. 

"Termasuk menaikan kapasitas penerimaan mahasiswa dengan mendirikan sekolah vokasi," ucapnya.

Selain itu tantangan lainnya yang dihadapi PTS yakni langkah PTN (Pendidikan Vokasi) yang  mendirikan PSDKU di sejumlah kota. Terakhir kondisi ekonomi masyarakat juga dinilai jadi kendala pengembangan PTS Yogyakarta. 

Sementara itu Rektor Universitas PGRI Yogyakarta, Paiman menyatakan salah satu kunci majunya PTS adalah perlu adanya kekompakan antara Rektor dan Yayasan. 

Selain itu kampus juga perlu memperhatikan fisik bangunan kampus.

"Kalau kampusnya menarik mereka cerita ayo kuliah di kampus ini kampusnya bagus kok, jadi waktu kami membranding universitas ya fisiknya saya perbaiki dulu," ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement