Senin 05 Feb 2024 13:42 WIB

Butet Dipolisikan Relawan, Ketum Projo Sebut Jokowi Minta Cabut Laporan

Ketum Projo menyampaikan respons Presiden Jokowi atas ucapan Butet.

Rep: Antara/Febrianto Adi Saputro/ Red: Irfan Fitrat
Ketua Umum DPP Projo, Budi Arie Setiadi.
Foto: Republika/Surya DInata
Ketua Umum DPP Projo, Budi Arie Setiadi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Ketua Umum (Ketum) DPP Projo, Budi Arie Setiadi, meminta relawan pendukung Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk mencabut laporan polisi terhadap budayawan Butet Kartaredjasa. Budi pun menyampaikan respons Jokowi atas ucapan Butet. 

Butet Kartaredjasa dilaporkan ke Polda Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada Selasa (30/1/2024), dengan tudingan ujaran kebencian (hate speech) atau penghinaan terhadap Presiden Jokowi. Laporan polisi itu disampaikan sejumlah relawan Jokowi, antara lain Arus Bawah Jokowi, Projo DIY, dan Sedulur Jokowi.

Baca Juga

Laporan tersebut terkait ucapan atau pantun dari Butet Kartaredjasa saat menghadiri agenda kampanye terbuka pasangan calon presiden-wakil presiden (capres-cawapres) Ganjar-Mahfud, yang digelar di Alun-Alun Wates, Kabupaten Kulon Progo, DIY, Ahad (28/1/2024).

Dalam keterangan tertulisnya, Senin (5/2/2024), Ketua Umum DPP Projo Budi Arie Setiadi mengatakan, Presiden Jokowi secara khusus meminta Projo agar relawan mencabut laporan polisi terhadap Butet. Menurut Budi, Jokowi menyebut Butet sebagai kawan.

Budi pun menyampaikan respons dari Jokowi. “Jangan bikin ramai di publik. Saya yang jadi sasaran omongan Pak Butet saja tidak mengadukan ke polisi, kok. Apalagi Pak Butet itu kan kawan sendiri,” kata Budi, mengulang ucapan Jokowi.

Sebelumnya, Ketua Projo DIY Aris Widihartanto mengatakan, Butet melontarkan ucapan yang dinilai menghina Jokowi sebagai presiden. Menurut dia, ucapan tersebut tidak pantas disampaikan oleh seorang budayawan atau seniman senior seperti Butet.

Butet disebut seharusnya dapat lebih bijak ketika menyampaikan sesuatu. “Dari video yang beredar, Mas Butet terbukti melakukan upaya melakukan penghinaan terhadap Bapak Jokowi, yang sebetulnya itu tidak elok dilakukan oleh budayawan. Karena seharusnya kalau beliau menyandang gelar budayawan harusnya memberikan contoh budaya yang baik bagi generasi muda, minimal, karena penikmat media sosial itu kan kebanyakan juga generasi muda,” kata Aris.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement