Rabu 28 Feb 2024 17:36 WIB

Antisipasi Banjir, BPBD Yogyakarta Wacanakan Penambahan EWS Otomatis di Sungai

Sejauh ini, sistem EWS otomatis baru dipasang di satu sungai. 

Rep: Antara/ Red: Irfan Fitrat
(ILUSTRASI) Aliran Sungai Code di kawasan Danurejan, Kota Yogyakarta.
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
(ILUSTRASI) Aliran Sungai Code di kawasan Danurejan, Kota Yogyakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA — Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), mewacanakan penambahan sistem early warning system (EWS) otomatis di aliran sungai. Pemasangan sistem peringatan dini itu untuk meminimalkan risiko banjir luapan air sungai.

Menurut Kepala Pelaksana BPBD Kota Yogyakarta Nur Hidayat, sejauh ini sudah terpasang EWS di 17 titik aliran sungai. Sebagian besarnya EWS manual, tersebar di aliran Sungai Code, Sungai Winongo, Sungai Gajah Wong, dan Kali Belik. Adapun EWS otomatis baru dipasang di aliran Kali Belik wilayah  Klitren, Kemantren Gondokusuman.

Baca Juga

Ada perbedaan antara EWS manual dan otomatis. Nur menjelaskan, sistem EWS manual, pemantauan ketinggian air sungai dilakukan lewat kamera CCTV. Saat ketinggian air sungai meningkat, petugas akan mengomunikasikan peringatan lewat pengeras suara di EWS.

Adapun EWS otomatis, menurut Nur, akan langsung mengeluarkan suara peringatan bagi masyarakat untuk siap siaga saat indikator ketinggian muka air sungai sudah merah atau menyentuh ambang batas. Ke depan, kata dia, kemungkinan ada penambahan EWS otomatis di aliran atau anak Sungai Buntung, Sungai Tekik, dan Widuri.

“Bukan kali yang besar, seperti selokan, tetapi di permukiman yang padat dan itu sering airnya naik. Ini yang kami utamakan pasang,” kata Nur, Selasa (27/2/2024).

Menurut Nur, pemasangan EWS otomatis ini penting agar masyarakat yang tinggal di bantaran sungai dapat melakukan evakuasi mandiri secara dini ketika ada potensi banjir, sehingga dapat mengurangi risiko bencananya.

Selain mewacanakan penambahan EWS otomatis, BPBD Kota Yogyakarta menargetkan pembentukan 169 Kampung Tangguh Bencana (KTB), termasuk bagi masyarakat di bantaran sungai. “Setiap kampung sudah kami berikan pembelajaran terkait KTB dengan manajemen kebencanaan. Salah satunya ada sarana jalan evakuasi,” kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement