REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Kongres Wanita Indonesia (Kowani) bersama dengan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) menyelenggarakan side event pada ajang Commission on the Status of Women (CSW68) di Markas Besar PBB, New York, Senin (18/3/2024) lalu.
"Kehadiran Indonesia dalam forum PBB merupakan hal yang istimewa, karena PBB memberikan kepercayaan untuk berbagi pengalaman kepada dunia. Indonesia sendiri dalam hal ini diwakili oleh Kowani yang merupakan bagian dari badan dunia ECOSOC," ujar Giwo dalam sambutannya.
Dia menambahkan sebuah kehormatan untuk menjadi tuan rumah bagi para pemimpin, aktivis, visioner, dan pejabat pemerintah yang beragam, yang semuanya berkomitmen untuk melakukan pemberdayaan pada perempuan.
"Saya mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) yang telah memberikan kesempatan untuk berkolaborasi dengan Kowani dalam penyelenggaraan side event hari ini dan secara konsisten bersinergi mendukung program-program Kowani demi kemajuan perempuan Indonesia, " kata dia.
Kowani dengan lebih dari 90 juta anggota perempuan dari 103 organisasi perempuan di seluruh Indonesia dan sebagai anggota konsultatif ECOSOC sejak tahun 1998.
"Sudah menjadi kewajiban kami di Kowani untuk terus menyuarakan isu-isu hak-hak, kesetaraan, dan pemberdayaan perempuan," katanya.
Kowani yang merupakan anggota ICW sejak tahun 1973 dan penggagas berdirinya ACWO pada tahun 1981 dan telah berhasil menyelenggarakan acara tingkat ASEAN "ACWO Fair and Expo (AFE)" pada bulan Oktober 2023 di Jakarta yang dihadiri oleh lebih dari 1.300 peserta dari negara-negara ASEAN, negara anggota W20 (Rusia dan Italia), dan organisasi perempuan di seluruh Indonesia, sebagai upaya mendukung UMKM dan memperkuat jaringan perempuan.
"Dalam CSW68 ini, kami akan membahas lebih dalam mengenai akar permasalahan kemiskinan, penguatan kelembagaan, dan pembiayaan pemberdayaan perempuan. Acara ini akan menjadi wadah untuk menampilkan inisiatif, ide, dan konsep untuk mendorong partisipasi perempuan," katanya.
Dari ketiga tema utama tersebut, kemiskinan merupakan isu utama dalam pembangunan yang bersifat kompleks dan multidimensi. Oleh karena itu, pembangunan perlu didistribusikan di berbagai sektor sosial, bisnis, pendidikan, kesehatan, dan kelembagaan. Komponen-komponen kunci yang perlu dibahas antara lain pengembangan potensi, kreativitas melalui peningkatan kapasitas, Achievement Motivation Training untuk menumbuhkan kesadaran, memperluas jaringan dan koneksi, serta bagaimana intervensi atau dukungan dari para pemangku kepentingan, baik dari pemerintah, swasta, maupun LSM, dalam hal pendanaan/pembiayaan dan sumber daya manusia.
Melalui forum ini, kata dia, menjadi ajang berbagi praktik-praktik terbaik dengan para pembicara dan seluruh peserta untuk diimplementasikan dan ditindaklanjuti di masing-masing negara.
"Forum ini seharusnya tidak hanya membatasi diri pada diskusi saat ini, tetapi juga berfokus pada bagaimana langkah kecil kita dapat menghasilkan langkah signifikan dalam pemberdayaan perempuan di seluruh dunia," ujarnya.
Forum tersebut dihadiri Staf Ahli Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Bidang Pembangunan Keluarga Indra Gunawan, delegasi dari Brazil dan CEO Mastertech Camilla Achuti, Presiden Komisaris PT Sarana Jabar Ventura dan PT Medco Energi Internasional, Tbk Yani Panigoro, Ketua W20 Italia Linda Laura Sabbadini, Presiden Direktur W20 Indonesia Dian Siswarini, President of ASEAN Confederation of Women's Organization (ACWO) Cecilia, Ketua Ikatan Alumni Universitas Jawa Barat Irawati Hermawan, Pendiri dan CEO LSPR Prita Kemal Gani, Co-head of the US Delegation to W20 Virginia Littlejohn, dan perwakilan Dian Kemala, Niken Manohara.