Selasa 30 Apr 2024 12:27 WIB

Pj Wali Kota Kediri Soroti Masih Tingginya Kasus Tuberkulosis

Angka kasus TBC di Kota Kediri disebut masih tinggi selama lima tahun terakhir.

Rep: Antara/ Red: Irfan Fitrat
(ILUSTRASI) Tuberkulosis (TBC).
Foto: Reuters
(ILUSTRASI) Tuberkulosis (TBC).

REPUBLIKA.CO.ID, KEDIRI — Kasus penyakit tuberkulosis (TBC) di Kota Kediri, Jawa Timur, disebut masih tinggi. Hal itu menjadi sorotan Penjabat (Pj) Wali Kota Kediri, Zanariah.

Zanariah mengatakan, berdasarkan data Dinas Kesehatan (Dinkes), terdata 1.380 kasus TBC sensitif obat dan 40 kasus TBC resisten obat. “Angka tersebut termasuk yang tertinggi selama kurun waktu lima tahun terakhir. Ini disebabkan oleh pengobatan yang tidak konsisten, sehingga bakteri penyebab TBC, Mycobacterium tuberculosis, menjadi kebal terhadap obat-obatan,” kata dia, Senin (29/4/2024).

Baca Juga

Menurut Zanariah, TBC masih menjadi masalah kesehatan serius. Apalagi, kata dia, Indonesia menempati peringkat kedua sebagai negara dengan beban kasus TBC tertinggi di dunia. Ia menilai, selama ini yang menjadi tantangan dalam penanganan TBC adalah tingginya angka putus pengobatan. Sejumlah faktor yang memengaruhinya, antara lain durasi pengobatan yang terbilang lama, yaitu minimal enam bulan, adanya efek samping obat, kesulitan akses, masalah ekonomi, juga stigma negatif.

Zanariah mengatakan, pemerintah terus berupaya melakukan penanganan TBC. Setiap fasilitas kesehatan di Kota Kediri yang menemukan pasien kasus TBC diwajibkan melaporkan ke Dinkes dan mencatatnya di Sistem Informasi Tuberkulosis.

“Maka dari itu, seluruh tenaga kesehatan untuk saling bersinergi mencapai target eliminasi TBC tahun 2030 karena tenaga kesehatan merupakan ujung tombak dalam penanganan tuberkulosis ini,” kata Zanariah.

Terkait hal itu, digelar workshop soal pembaruan tata laksana TBC sensitif obat (SO) dan TBC resisten obat (RO). Kegiatan itu menghadirkan narasumber Prof Dr Soedarsono dari Fakultas Kedokteran Universitas Hang Tuah Surabaya dan dr Retno Asih Setyaningrum dari RSUD Dr Soetomo, serta dr Palmalina Anggita dari RS Muhammadiyah, Kota Kediri.

Kegiatan yang dihadiri Kepala Dinkes Kota Kediri Muhammad Fajri itu diikuti para peserta yang merupakan kepala puskesmas se-Kota Kediri, dokter spesialis, dokter umum, perawat, bidan, dan apoteker.

Dengan kegiatan tersebut, Zanariah berharap para tenaga kesehatan dapat memahami langkah-langkah terbaru dalam penanganan TBC dan meningkatkan kompetensi para tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan TBC.

“Semoga dengan ikhtiar ini kasus TBC di Kota Kediri semakin berkurang, sehingga derajat kesehatan masyarakat juga terus meningkat,” ujar Zanariah.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement