REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG — Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Semarang, Jawa Tengah, meminta masyarakat ikut menjaga early warning system (EWS) atau sarana peringatan dini bencana banjir. Pasalnya, ada beberapa perlengkapan EWS yang mengalami kerusakan, bahkan hilang.
“Kami punya kurang lebih 21 EWS. Ini kan dipasang berdasarkan kajian di titik-titik yang rawan dengan luapan air atau banjir,” kata Kepala BPBD Kota Semarang Endro P Martanto, Selasa (30/4/2024).
Endro mengatakan, EWS ditempatkan tersebar di sejumlah titik rawan banjir, seperti di kawasan Rowosari, Meteseh, Tugu, dan Mangkang. Ia meminta masyarakat ikut menjaga EWS yang keberadaannya penting untuk meminimalkan risiko banjir.
“Harapan kami agar masyarakat bersama menjaga karena baru satu tahun pasang ada beberapa yang alarmnya rusak dan hilang. Padahal, ini manfaatnya untuk masyarakat juga,” kata Endro.
Menurut Endro, ada sejumlah EWS yang ditempatkan di lahan terbuka dan jauh dari lingkungan masyarakat. Berkaca dari pengalaman, kata dia, nantinya EWS akan ditempatkan di titik-titik yang dekat dengan permukiman warga, sehingga masyarakat bisa ikut menjaga. “Karena alat ini (EWS) juga tidak murah,” ujar dia.
Selain sistem peringatan dini bencana banjir, BPBD Kota Semarang juga mewacanakan EWS longsor. Pasalnya, ada juga daerah di Kota Semarang yang rawan longsor, khususnya daerah dengan kontur perbukitan.
“Saat ini Semarang masih hanya masalah EWS air. Ke depan, mudah-mudahan di tahun anggaran 2025, kami anggarkan EWS untuk tanah longsor,” kata Endro.
Endro mengatakan, BPBD Kota Semarang tengah mempelajari pengoperasian sistem peringatan dini bencana longsor itu. “Kami lagi belajar ini karena Semarang berbicara bencana bukan hanya air, longsor juga. Ada di Ngaliyan, Jomblang, Tembalang juga. Nanti akan diimplementasikan di tahun anggaran yang akan datang,” katanya.