Selasa 21 May 2024 14:12 WIB

Delapan Orang Meninggal Akibat DBD di Solo

Warga diimbau segera memeriksakan diri jika mengalami gejala DBD.

Rep: Muhammad Noor Alfian Choir/ Red: Irfan Fitrat
(ILUSTRASI) Tenaga kesehatan mengecek kondisi kesehatan pasien demam berdarah dengue (DBD).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
(ILUSTRASI) Tenaga kesehatan mengecek kondisi kesehatan pasien demam berdarah dengue (DBD).

REPUBLIKA.CO.ID, SOLO — Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Solo, Jawa Tengah, melaporkan ada delapan orang yang meninggal akibat penyakit demam berdarah dengue (DBD) sejak awal 2024 ini. Dinkes mengimbau warga yang mengalami gejala DBD segera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan (faskes).

Kepala Dinkes Kota Solo Retno Erawati Wulandari mengatakan, hingga pekan lalu atau pekan ke-20 2024, terdata total 103 kasus DBD. Menurut dia, di antara warga yang meninggal dunia akibat DBD ini masih berusia anak. Ia menyebut salah satu persoalannya adalah anak yang terkena DBD tidak segera diperiksakan ke faskes.

Baca Juga

“Anaknya sakit itu tidak diperiksakan, atau kadang diperiksakan ke dokter pribadi, terus ketika diminta kontrol hari ke berapa, tidak datang kontrol,” kata Retno, saat dihubungi awak media, Selasa (21/5/2024).

Retno pun mengingatkan soal masa kritis penyakit DBD ini. Pasalnya, kata dia, terkadang ada yang salah mengira kondisi saat masa kritis. “Masa kritis itu kan suhunya turun, tapi itu tidak perbaikan (kondisi). Mereka mengira ada perbaikan. Biasanya terjadinya kematian itu karena keterlambatan pertolongan karena mereka (mengira) sudah membaik, sudah tidak panas. Sering kecolongannya di masa kritis seperti itu,” ujar dia.

Karenanya, Retno mengimbau orang tua yang anaknya mengalami gejala seperti terkena DBD agar segera membawanya ke faskes. Sehingga, ketika dinyatakan positif, bisa lekas ditangani. “Kalau terdapat permasalahan kesehatan, tidak hanya panas, terutama terkait DBD, segera hubungi faskes terdekat. Ikuti anjuran yang sudah diberikan oleh dokter supaya tidak terjadi keterlambatan (penanganan),” kata dia.

Retno pun mengimbau warga terus menggencarkan gerakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dalam mengantisipasi penyebaran penyakit DBD. Ia mengatakan, wali kota sudah mengeluarkan Surat Edaran (SE) Nomor RS.09.01/1240/2024 yang berisi tentang upaya pencegahan dan pengendalian infeksi DBD dan Arbovirosis. “Dalam SE tersebut menganjurkan masyarakat untuk PSN,” katanya.

Berdasarkan data sejauh ini, Retno mengatakan, puncak kasus DBD terjadi pada pekan ke-14, di mana dalam sepekan tercatat 10 kasus. Menurut dia, mulai terlihat tren penurunan kasus DBD. Meski demikian, masyarakat diminta waspada dan tetap melakukan PSN.

“Selain pengobatan, masyarakat harus rutin PNS berkesinambungan. Serentak, tidak bisa hanya satu saja karena nyamuk ini terbang. Kalau di satu tempat rajin melakukan PSN, tetangganya tidak melakukan, ya sama saja,” kata Retno.

Retno mengatakan, Dinkes melalui puskesmas juga melakukan pemantauan jentik nyamuk bersama para kader. “PSN lebih efektif mencegah DBD. Sejak ada jentik atau telur sudah terbasmi. Beda dengan fogging (pengasapan) karena hanya membunuh nyamuk dewasa. Tapi, kalau jentiknya tidak dibasmi, ya menularkan DBD itu,” kata Retno. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement