Senin 25 Nov 2024 14:34 WIB

Sepanjang 2024 Ratusan Warga Yogya Kena DBD, Anak-Anak Paling Rentan Kena Demam Berdarah

Hingga Oktober 2024 terdapat 238 kasus DBD di Kota Yogyakarta.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Karta Raharja Ucu
Pasien demam berdarah dengue (DBD). (Ilustrasi)
Foto: Republika
Pasien demam berdarah dengue (DBD). (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta meminta masyarakat lebih waspada terhadap penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) selama musim hujan. Apalagi anak-anak termasuk kelompok rentan terhadap penyakit DBD.

“Menghadapi musim penghujan seperti sekarang kami imbau masyarakat untuk lebih waspada terhadap DBD,” kata Kepala Seksi Pengendalian Penyakit Menular dan Imunisasi Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Yogyakarta, Endang Sri Rahayu.

Dinkes Kota Yogyakarta mencatat hingga Oktober 2024 terdapat 238 kasus DBD di Kota Yogyakarta. Angka tersebut mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan 2023 lalu.

“Sampai Oktober (2024) kemarin ada 238 kasus, kalau di bulan November ini ada dua kasus. Dibanding tahun lalu memang ada kenaikan, dan kenaikan ini juga terjadi hampir di seluruh wilayah Indonesia,” kata dia.

Endang mengatakan, kasus DBD di Kota Yogyakarta pada 2023 lalu tercatat sebanyak 88 kasus. Sedangkan, pada 2022 tercatat 174 kasus, dan pada 2021 tercatat 92 kasus.

Sebagian besar dari kasus yang ditemukan di Kota Yogyakarta terjadi pada anak-anak. Berdasarkan laporan melalui kewaspadaan dini rumah sakit atau KDRS, katanya, seluruh pasien DBD yang menjalani rawat inap di rumah sakit sudah dinyatakan sembuh.

“Paling banyak kasus DBD terjadi di Kelurahan Sorosutan ada 17 kasus, Kricak 15 kasus dan Wirogunan 14 kasus. Sebenarnya hampir merata wilayahnya dan angkanya fluktuatif,” ujar Endang.

Untuk itu, pihaknya mengimbau agar masyarakat melakukan pencegahan DBD dengan pemberantasan sarang nyamuk atau PSN. Selain itu, masyarakat juga diminta menerapkan 4M plus yakni menguras bak mandi dan tempat penampungan air, menutupnya agar tidak menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk, memantau jentik nyamuk, dan mengubur barang bekas.

“Ada juga inovasi yang bekerja sama dengan Pusat Kedokteran Tropis Universitas Gadjah Mada melalui implementasi teknologi nyamuk ber-Wolbachia dalam pengendalian DBD,” kata Endang.

Silvy  Dian Setiawan

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement