Rabu 03 Jul 2024 08:38 WIB
Lentera

Kontingensi, Pencadangan, dan Ketahanan Data

Proses pengembalian data yang disandikan dapat memerlukan berbagai parameter.

Prof Ema Utami dari Universitas Amikom Yogyakarta
Foto: amikom
Prof Ema Utami dari Universitas Amikom Yogyakarta

Oleh : Prof Ema Utami (Wakil Direktur Program Pascasarjana Universitas Amikom Yogyakarta)

REPUBLIKA.CO.ID, Babak baru berita mengenai serangan siber terhadap server Pusat Data Nasional (PDN) terjadi di hari Selasa, 2 Juli 2024 saat kelompok yang mengklaim sebagai penyerang server PDN membuat pernyataan. Sebuah pernyataan dari kelompok bernama Brain Cipher yang akan memberikan kunci dekripsi untuk membuka data yang telah dienkripsi secara cuma-cuma di hari ini, Rabu, 3 Juli 2024. Dalam pernyataan yang disebar di media sosial X, kelompok ini bahkan meminta maaf terhadap publik Indonesia karena aksi yang dilakukannya. Pernyataan ini tentu menjadi magnet baru dalam topik pemberitaan serangan siber terhadap PDN, terutama di media sosial. Beragam analisis bermunculan dengan keluarnya pernyataan tersebut. 

Terlepas dari berbagai spekulasi atas kemunculan pernyataan tersebut, jika kunci untuk proses dekripsi benar diberikan maka terdapat kemungkinan dipulihkannya data yang terkunci. Proses enkripsi dan dekripsi dipastikan menggunakan berbagai variabel yang bergantung dengan algoritma yang digunakan. Algoritma untuk melakukan penyandian atau enkripsi terhadap data tersebut sangat beragam dan bergantung dengan tujuan dari enkripsi. Sebagai contoh terdapat enkripsi yang dirancang untuk tidak dapat dikembalikan atau sering disebut dengan enkripsi satu arah. Serangan terhadap server PDN yang disebut dilakukan dengan ransomware LockBit 3.0 menggunakan enkripsi dua arah yang dirancang untuk dapat dipulihkan kembali.

Namun demikian, proses pengembalian data yang disandikan dapat memerlukan berbagai parameter. Lockbit 3.0 yang telah dikenal sejak beberapa tahun yang lalu dimungkinkan terus mengalami perkembangan.  Perubahan yang terjadi pada data yang telah dienkripsi dapat dimungkinkan menggagalkan proses dekripsi dari sebagian atau semua data yang ada. Keberhasilan pengembalian data ini tentu sangat bergantung dari bagaimana algoritma yang digunakan oleh penyerang dibangun. Adanya kasus serangan terhadap PDN ini di sisi lain tentu menarik perhatian tersendiri, khususnya bagi calon mahasiswa. Informatika merupakan salah satu bidang ilmu yang banyak berkaitan dengan kasus ini. Banyak pengetahuan bidang ilmu Informatika yang dibutuhkan dalam kasus di PDN ini, baik dalam penanganan ataupun pengelolaan data ke depannya.

Hal ini tentu menjadi peluang dan tantangan tersendiri, baik bagi kampus yang memiliki program studi terkait, ataupun bagi calon mahasiswa. Kasus serangan di PDN ini dapat menjadi sebuah contoh nyata kebutuhan adanya pengetahuan pengelolaan data yang terstruktur, yang di dalamnya dapat melibatkan pengetahuan yang berasal dari berbagai mata kuliah, mulai dasar sampai dengan praktis. Pengetahuan dasar seperti Matematika menjadi landasan penting dalam pemahaman bagaimana suatu proses enkripsi dan dekripsi dapat bekerja. Demikian pula pengetahuan praktis bagaimana sebuah pengelolaan server harus dijalankan tidak dapat diabaikan.

Apakah data yang ada di PDN benar dapat dipulihkan? Ini merupakan kabar yang banyak ditunggu oleh pemerhati keamanan data pada hari ini. Terlepas dari kemungkinan diberikannya kunci untuk melakukan dekripsi dan berbagai spekulasi yang menyebabkan penyerang berbaik hati memberikan kunci tersebut.  Ketiadaan cadangan (backup) dari data yang ada di server PDN merupakan hal yang sangat disayangkan dan tidak dapat diterima oleh banyak pemerhati keamanan data.

Hilangnya data penulisan Tesis di saat ini tentu tidak bisa diterima sebagai alasan oleh dosen pembimbing, khususnya bagi mahasiswa Informatika. Banyak media yang dapat digunakan untuk menyimpan cadangan data di era saat ini. Berbeda dengan era 1990-an yang masih sangat terbatas media cadangan yang dapat digunakan.

Pencadangan data atau backup merupakan sebuah keharusan yang tidak dapat ditinggalkan dan menjadi bagian dalam perencanaan kontingensi. Kontingensi, pencadangan, dan ketahanan data merupakan hal yang sangat umum dilakukan di berbagai bidang. Kisah di zaman Nabi Yusuf AS yang terekam dalam Surat Yusuf ayat 45-46 merupakan pelajaran serupa, “(Dia berkata,) “Wahai Yusuf, orang yang sangat dipercaya, jelaskanlah kepada kami (takwil mimpiku) tentang tujuh ekor sapi gemuk yang dimakan oleh tujuh (ekor sapi) kurus dan tujuh tangkai (gandum) hijau yang (meliputi tujuh tangkai) lainnya yang kering agar aku kembali kepada orang-orang itu supaya mereka mengetahuinya.” (Yusuf) berkata, “Bercocok tanamlah kamu tujuh tahun berturut-turut! Kemudian apa yang kamu tuai, biarkanlah di tangkainya, kecuali sedikit untuk kamu makan.” Wallahu a’lam.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement