Senin 26 Aug 2024 09:15 WIB

Gelar Ng(k)aji Pendidikan, GSM Ajak Para Guru 'Menemukan Kembali Indonesia yang Hilang'

Rizal meresahkan reputasi Indonesia yang kian menurun sebagai sebuah bangsa besar.

Rep: Fiona Arinda Dewi/Wuni Khoiriyah Azka/ Red: Fernan Rahadi
Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) menggelar Ng(k)aji Penddiikan bertajuk Menemukan Kembali Indonesia di Concert Hall Taman Budaya Yogyakarta, Sabtu (24/8/2024).
Foto: GSM
Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) menggelar Ng(k)aji Penddiikan bertajuk Menemukan Kembali Indonesia di Concert Hall Taman Budaya Yogyakarta, Sabtu (24/8/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Di tengah suasana kemerdekaan Indonesia yang diwarnai dengan aksi unjuk rasa akibat kondisi darurat demokrasi, Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) kembali menyuarakan narasi inklusif dalam Ng(k)aji Pendidikan bertajuk 'Menemukan Kembali Indonesia'. Di hadapan para guru, pendiri GSM Muhammad Nur Rizal kembali mengingatkan agar mereka mendidik anak-anak didik dengan narasi sejarah dan kemajukan bangsa.

"Jika ingin menemukan Indonesia, maka narasikan kembali sejarah dan kemajemukan bangsa Indonesia. Ajak anak-anak untuk berimajinasi ingin menjadi apa. Arahkan proses belajarnya untuk mempunyai antusiasme perangai ilmiah. Dengan narasi, maka akan ditemukan kembali marwah Indonesia dari ruang-ruang kelas,” kata Rizal di hadapan 800 guru dan pegiat pendidikan di Concert Hall Taman Budaya Yogyakarta, Sabtu (24/8/2024).

Usungan tema “Menemukan Kembali Indonesia” bukanlah tanpa alasan. Rizal meresahkan reputasi Indonesia yang kian menurun sebagai sebuah bangsa yang besar. Ia meyakini, hal tersebut dapat diatasi dengan penyebaran narasi yang menyoroti sejarah dari Indonesia.

Beberapa yang terus diangkat oleh Rizal adalah fakta bahwa Candi Muaro di Jambi pada era Sriwijaya berperan selayaknya Oxford bagi pembelajaran Agama Buddha oleh dunia di masa lampau dan bagaimana model pertanian “subak” atau terasering yang kerap digunakan Kerajaan Mataram Kuno, saat ini dianggap sebagai sesuatu yang berkelanjutan dan mampu dijadikan pengendali iklim paling alamiah.

“Indonesia tidak hilang secara fisik. Teritorialnya juga tidak berkurang sedikit pun, tetapi yang hilang adalah reputasinya di kancah internasional. Kita tidak banyak dibicarakan, seakan tidak seperti negara yang besar di Asia, bahkan Asia Tenggara,” ucap Rizal.

“Bangsa yang berpengetahuan dan berteknologi dari kearifan dan kebudayaan lokal. Nah, itu yang harus digali, lalu, diimajinasikan bangsa itu mau ke mana dengan narasi. Harapannya, narasi itu tidak berhenti di kegiatan Ng(k)aji Pendidikan, tetapi juga mampu disebar oleh peserta yang hadir kepada kawan guru lainnya," katanya.

photo
Pendiri Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) Muhammad Nur Rizal - (GSM)

Guru-guru yang hadir juga sempat membagikan kesannya atas penyelenggaraan acara ini, juga pengalamannya berkembang bersama GSM.

“Berlatih bersama GSM, saya menjadi tahu esensi penyaluran energi dari seorang guru.

Pelatihan biasanya hanya berisikan pembuatan soal, kisi-kisi, dan membenarkan indikator. Lain hal dengan GSM, saya diberi tahu pentingnya menarasikan keunggulan Indonesia agar murid menjadi bangga terhadap bangsanya. Mengajar tidak sebatas memaksa mereka untuk menghafal," ungkap Wiwik Budi Asih dari SDN Pondok Kacang Barat 03 Tangerang Selatan.

Sudut pandang lainnya dapat kita cermati atas pengakuan Asri Agustini yang datang jauh-jauh dari Palembang ke Yogyakarta hanya untuk mengikuti program Ng(k)aji Pendidikan.

“Ketika sudah tersentuh di hati, maka biaya tidak jadi masalah. Motivasi saya untuk datangb jauh-jauh adalah karena adanya kegelisahan dan kebutuhan akan spirit yang menguatkan dari komunitas-komunitas lainnya, serta Ibu Novi dan Pak Rizal," ucap Sri yang merupakan kepala sekolah dari SDN 242 Palembang.

Rizal menguatkan para peserta bahwa kemungkinan untuk “Menemukan Kembali Indonesia” itu masih amat besar dan nyata. Ia menuturkan kalau Indonesia dapat dijadikan pusat sumber energi terbarukan di dunia, salah satunya lewat Sungai Mamberamo di Papua sebagai sumber energi listrik berbasis air terbesar di dunia, setara dengan China yang mencapai hingga 22 Gigawatt hours.

Selain itu, melimpahnya cadangan panas bumi, biodiversitas yang beragam sebagai sumber teknologi pangan dan obat-obatan, hingga kemajemukan budaya yang dapat dimanfaatkan sebagai pusat pluralisme kebudayaan dunia adalah potensi-potensi yang diserukan Rizal atas Indonesia.

“Hal-hal ini harus dijadikan semangat atau spirit untuk mengimajinasikan Indonesia di masa depan, bukan hanya sebatas konten di kurikulum yang dihafalkan,” tutur Rizal.

Beberapa komunitas GSM yang terjauh dari Kota Yogyakarta adalah Bali, Palembang, Sumatera Utara, sampai Kalimantan Timur. Mereka hadir dengan murni

menggunakan biaya sendiri. 

“Dari Kota Bontang berangkatnya malam, lalu, sampai di bandara subuh. Perjalanan ke

Balikpapan dulu selama 6 jam. Semua ini demi mendengarkan orasi dari Pak Rizal, sekaligus bertemu dengan guru-guru se-Indonesia,” ungkap Zizah, seorang guru dari GSM Bontang.

“Seiring semangat kami membara, mudah-mudahan dapat membawa manfaat dan menularkan ke yang ada di Kota Bontang," katanya lagi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement