Senin 16 Sep 2024 19:24 WIB

PHRI DIY Bentuk Satgas Khusus Antisipasi Megathrust

PHRI fasilitasi pelatihan mitigasi bencana bagi pelaku bisnis perhotelan.

Wisatawan berkunjung ke kawasan Tugu Yogyakarta. Satgas Megathrust diperlukan demi menjamin rasa aman dan nyaman tamu hotel di Yogyakarta.   
Foto: Republika/Thoudy Badai
Wisatawan berkunjung ke kawasan Tugu Yogyakarta. Satgas Megathrust diperlukan demi menjamin rasa aman dan nyaman tamu hotel di Yogyakarta.  

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) membentuk satuan tugas (satgas) khusus untuk memastikan kesiapsiagaan bencana di perhotelan menghadapi risiko gempa bumi megathrust. Ketua PHRI DIY Deddy Pranowo Eryono mengatakan satgas diperlukan demi menjamin rasa aman dan nyaman para wisatawan atau tamu hotel selama menginap di wilayah ini.

"Kita harus menunjukkan bahwa sesungguhnya hotel dan restoran siap menghadapi itu, bagaimana mengantisipasi dengan mengelola atau mitigasi bencana yang benar," ujar dia, Senin (16/9/2024).

Deddy menjelaskan satgas kesiapsiagaan bencana tersebut beranggotakan satgas lama yang sebelumnya menangani Covid-19 di perhotelan dan restoran kala pandemi. "Satgas Covid-19 sekarang kita jadikan satgas bencana dalam arti untuk mengantisipasi bencana," kata dia.

Dia menyadari, informasi yang berkembang terkait potensi gempa bumi megathrust di Indonesia bisa berdampak luas bagi pariwisata di DIY, apalagi jika tidak direspons dengan baik. Meski demikian, ia mengklaim isu tersebut belum signifikan mempengaruhi okupansi atau tingkat hunian kamar hotel di DIY.

"Ada dampaknya tapi tidak signifikan karena mereka (wisatawan) tahu bahwa bencana itu akan terjadi di mana pun juga, tidak hanya di DIY," ujar dia.

PHRI DIY, lanjut Deddy, telah berkoordinasi dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY untuk memfasilitasi pelatihan mitigasi bencana bagi para pelaku bisnis perhotelan. Pelatihan itu mencakup kesiapan SDM hotel dalam penyelamatan diri, teknis pengarahan untuk tamu manakala terjadi bencana, hingga pemasangan petunjuk dan arah evakuasi.

"Sekarang di kamar-kamar hotel sudah ada petunjuknya," kata dia

Deddy mengakui pelatihan terkait mitigasi tersebut belum menjangkau seluruh hotel anggota PHRI DIY karena berbayar. Karena itu, ia berharap Pemda DIY dapat membantu memfasilitasi termasuk pelatihan bagi pengelola destinasi wisata.

"Kami kemarin ke Pemda DIY mohon dibantu untuk (hotel) bintang tiga ke bawah. Bintang satu, dua, dan non bintang anggota kami mohon dibantu dalam pelatihan-pelatihan itu karena pelatihan itu berbayar," kata dia.

Sebelumnya, Ketua Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) DIY Bobby Ardiyanto meminta seluruh pelaku pariwisata bersama BPBD DIY segera membuat rencana kontingensi bersama mengantisipasi bencana alam yang sewaktu-waktu bisa terjadi. "Ini penting karena kita setiap hari ada wisatawan kok sehingga mitigasi ke mereka seperti apa itu bagian dari bagaimana kita menjadi destinasi wisata yang bertanggung jawab," ujar Bobby.

Kepala Stasiun Geofisika BMKG Yogyakarta Setyoajie Prayoedhie menegaskan informasi potensi gempa megathrust yang berkembang sama sekali bukanlah prediksi atau peringatan dini, sehingga jangan dimaknai secara keliru, seolah akan terjadi dalam waktu dekat. Dia menegaskan informasi potensi gempa dan tsunami merupakan upaya persiapan untuk mencegah risiko kerugian sosial ekonomi dan korban jiwa, apabila terjadi gempa kuat dan membangkitkan tsunami dengan skenario terburuk.

"Megathrust adalah fakta. Untuk itu BMKG mengimbau kepada pemerintah, pihak swasta, LSM dan seluruh elemen masyarakat, agar mulai melakukan kesiapsiagaan dalam menghadapi potensi megathrust dengan cara tetap tenang dan beraktivitas normal seperti biasa," kata Setyoajie.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement