Sabtu 09 Nov 2024 21:10 WIB

Tingkatkan Kapasitas Kader & Dorong Inklusivitas, Aisyiyah Gelar Jambore Qaryah Thayyibah

Salmah menggarisbawahi tantangan besar perempuan dengan disabilitas.

logo Aisyiyah
Foto: tangkapan layar google
logo Aisyiyah

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Aisyiyah menggelar acara Jambore Kader Qaryah Thayyibah di Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta, Sabtu (9/11/2024). Acara yang mengusung tema "Kepemimpinan Perempuan Berperspektif GEDSI untuk Perubahan Berkelanjutan di Komunitas" ini bertujuan untuk memperkuat kapasitas kader perempuan dalam mendorong perubahan yang inklusif dan berkelanjutan di masyarakat.

Acara ini bertujuan untuk memperkenalkan perspektif Gender, Disabilitas, dan Inklusi Sosial (GEDSI) dalam pembangunan komunitas, serta mendorong perempuan untuk menjadi agen perubahan yang aktif dalam menyuarakan isu-isu seperti stunting, kesehatan seksual dan reproduksi, pencegahan perkawinan anak, serta pendidikan dan partisipasi politik.

Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Aisyiyah, Salmah Orbayinah, mengungkapkan pentingnya kepemimpinan perempuan dengan perspektif inklusif dalam upaya mewujudkan perubahan berkelanjutan di masyarakat.

Dalam sambutannya, Salmah menekankan bahwa kepemimpinan perempuan tidak hanya terkait dengan memberi kesempatan, tetapi juga menciptakan sistem yang memungkinkan semua suara, terutama perempuan dengan disabilitas, didengar dan dihargai.

“Kepemimpinan inklusif adalah tentang memberikan kesempatan yang sama bagi setiap individu, termasuk perempuan dengan disabilitas, untuk berkembang dan terlibat aktif dalam proses pengambilan keputusan,” ujar Salmah dalam acara yang dihadiri oleh sejumlah tokoh masyarakat, aktivis, dan penggerak pemberdayaan perempuan, Rabu (6/11/2024).

Salmah menegaskan Qaryah Thayyibah yang diselenggarakan saat ini sebenarnya bukan sesuatu yang baru mengingat Aisyisyah sudah lama memiliki program bernama Keluarga Sakinah Qaryah Thayyibah.

"Jadi ini sifatnya meneruskan dakwah-dakwah yang telah kita lakukan selama satu abad ini. Hanya saja kali ini perspektifnya GEDSI," tutur Salmah.

Adapun terdapat sejumlah wilayah yang menjadi sasaran program ini yakni Tasikmalaya, Garut (Jawa Barat), Nganjuk, Bojonegoro (Jawa Timur), Banjar, Hulu Sungai Utara (Kalmantan Selatan), Lahat, Banyuasin (Sumatera Selatan), Kolaka, dan Muna Barat (Sulawesi Tenggara).

Dalam kesempatan itu, Salmah juga menggarisbawahi tantangan besar yang dihadapi oleh perempuan dengan disabilitas, yang sering kali terpinggirkan dalam berbagai sektor kehidupan.

“Mereka tidak hanya menghadapi tantangan sebagai perempuan, tetapi juga kesulitan yang dihadapi oleh individu dengan disabilitas. Ini membuat mereka sering kali harus berjuang lebih keras untuk mendapatkan kesempatan yang setara,” katanya.

Menurutnya, Aisyiyah telah hadir sebagai organisasi yang berkomitmen untuk mendorong partisipasi aktif perempuan, termasuk mereka yang memiliki disabilitas, dalam berbagai bidang, termasuk dunia kerja dan politik.

 "Kami tidak hanya memberikan kesempatan, tetapi juga menciptakan kebijakan, lingkungan kerja, dan budaya sosial yang mendukung inklusi perempuan," katanya.

Salmah menuturkan bahwa pendidikan inklusif adalah kunci untuk membuka jalan bagi perempuan, termasuk perempuan dengan disabilitas, untuk mencapai posisi kepemimpinan di masa depan.

Namun, ia juga menekankan bahwa tantangan terbesar adalah terbatasnya akses terhadap pendidikan dan pelatihan yang berkualitas.

photo
Aisyiyah menggelar acara Jambore Kader Qaryah Thayyibah di Universitas AIsyiyah Yogyakarta, Sabtu (9/11/2024). Acara yang mengusung tema Kepemimpinan Perempuan Berperspektif GEDSI untuk Perubahan Berkelanjutan di Komunitas ini bertujuan untuk memperkuat kapasitas kader perempuan dalam mendorong perubahan yang inklusif dan berkelanjutan di masyarakat. - (Republika/Fernan Rahadi)

Laporan dari berbagai lembaga internasional, seperti UN Women dan World Economic Forum, mengungkapkan bahwa perempuan dengan disabilitas menghadapi hambatan yang lebih besar dibandingkan perempuan tanpa disabilitas dalam mengakses pelatihan dan posisi kepemimpinan.

Laporan tersebut juga menunjukkan bahwa lebih banyak perempuan dalam posisi kepemimpinan dapat menghasilkan kebijakan yang lebih berfokus pada kesejahteraan sosial, perlindungan hak asasi manusia, dan keadilan sosial.

Menyikapi hal ini, Salmah mengajak masyarakat untuk memperkuat komitmen terhadap pemberdayaan perempuan dan menciptakan kebijakan yang lebih inklusif.

Ia berharap agar perempuan dapat lebih banyak mengambil peran dalam sektor publik dan swasta, sebagai langkah penting untuk menciptakan perubahan yang lebih inklusif dan berkelanjutan.

Aisyiyah, yang telah bekerja dengan sungguh-sungguh di berbagai wilayah di Indonesia, juga memperluas jangkauan program-program inklusinya di lebih dari sepuluh daerah sasaran.

"Dengan dukungan dana yang ada, kami berharap dampaknya akan lebih luas dari yang kami harapkan," ungkap Salmah.

Sementara itu, Koordinator Program INKLUSI-‘Aisyiyah, Tri Hastuti Nur Rochimah, menegaskan pentingnya kepemimpinan perempuan dalam mendorong pembangunan yang inklusif, terutama bagi perempuan dan kelompok marginal yang masih sering terpinggirkan dalam proses perencanaan dan evaluasi pembangunan.

Dalam kesempatan tersebut, Tri menyampaikan bahwa Pilkada yang akan berlangsung pada 27 November 2024 adalah momentum penting bagi kemajuan demokrasi dan kepemimpinan daerah yang lebih inklusif.

"Pada Pilkada ini, kita harus memastikan keterlibatan perempuan dan kelompok rentan dalam seluruh proses pembangunan, dari perencanaan hingga evaluasi," ujarnya.

Ia juga menambahkan bahwa perempuan, terutama di tingkat lokal, memiliki peran strategis sebagai agen perubahan sosial yang dapat mendorong pemenuhan hak-hak warga negara.

Ditambahkannya, Qaryah Thayyibah yang dipelopori oleh Aisyiyah bertujuan untuk menciptakan masyarakat madani yang inklusif dan adil, dengan mengutamakan penguatan peran perempuan di semua aspek kehidupan sosial dan politik.

Aisyiyah berkomitmen untuk terus memperkuat kepemimpinan perempuan di tingkat komunitas agar mereka dapat menjadi pemimpin lokal yang visioner dan peduli terhadap kesejahteraan masyarakat.

Jambore Kader Qaryah Thayyibah ini juga menjadi kesempatan bagi perempuan untuk saling terhubung, berbagi pengetahuan, serta merumuskan aksi bersama demi mewujudkan perubahan sosial yang lebih inklusif.

Melalui perspektif GEDSI, acara ini bertujuan menciptakan masyarakat yang lebih adil, berkelanjutan, dan penuh kedamaian.

Selain itu, diharapkan dapat memberikan pemahaman tentang isu-isu krusial seperti stunting, perkawinan anak, hak kesehatan seksual dan reproduksi, serta pentingnya kepemimpinan perempuan dengan perspektif GEDSI serta meningkatkan keterampilan kader dalam pengorganisasian komunitas, termasuk dalam pemberdayaan ekonomi dan kesehatan berbasis komunitas.

"Melalui kegiatan ini juga diharapkan dapat membuka peluang bagi kader dari berbagai daerah untuk saling bertukar pengalaman dan praktik baik dalam pemberdayaan komunitas serta kader dari berbagai daerah dapat berbagi pengalaman dan praktik baik yang dapat dijadikan inspirasi untuk pengembangan Qaryah Thayyibah yang berkemajuan," ujarnya.

Sementara itu, Wakil Rektor II Bidang Keuangan, Umum, dan Sumber Daya Universitas ‘Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta, Yuli Isnaeni, S.Kp., M.Kep., Sp.Kom., mengungkapkan dukungannya terhadap kegiatan Jambore Kader Qaryah Thayyibah.

Yuli menekankan pentingnya sinergi antara pendidikan dan pemberdayaan perempuan untuk membangun masyarakat yang lebih inklusif dan berkelanjutan.

Selain itu, diharapkan dapat memberikan pemahaman tentang isu-isu krusial seperti stunting, perkawinan anak, hak kesehatan seksual dan reproduksi, serta pentingnya kepemimpinan perempuan dengan perspektif GEDSI serta meningkatkan keterampilan kader dalam pengorganisasian komunitas, termasuk dalam pemberdayaan ekonomi dan kesehatan berbasis komunitas.

"Melalui kegiatan ini juga diharapkan dapat membuka peluang bagi kader dari berbagai daerah untuk saling bertukar pengalaman dan praktik baik dalam pemberdayaan komunitas serta kader dari berbagai daerah dapat berbagi pengalaman dan praktik baik yang dapat dijadikan inspirasi untuk pengembangan Qaryah Thayyibah yang berkemajuan," ujarnya.

Sementara itu, Wakil Rektor II Bidang Keuangan, Umum, dan Sumber Daya Universitas ‘Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta, Yuli Isnaeni, S.Kp., M.Kep., Sp.Kom., mengungkapkan dukungannya terhadap kegiatan Jambore Kader Qaryah Thayyibah.

Yuli menekankan pentingnya sinergi antara pendidikan dan pemberdayaan perempuan untuk membangun masyarakat yang lebih inklusif dan berkelanjutan.

Ini menjadi bagian penting dari kegiatan tridharma kami, termasuk dalam penguatan peran perempuan di masyarakat," kata Yuli.

Mengacu pada tema Jambore Kader Qaryah Thayyibah, yakni "Kepemimpinan Perempuan untuk Perubahan Berkelanjutan di Komunitas", Yuli Isnaeni memuji semangat para kader perempuan yang terlibat dalam kegiatan tersebut.

"Kader-kader ini adalah orang-orang luar biasa yang 24 jam berada di tengah masyarakat, bahkan dalam tidur pun mereka masih memikirkan tugas-tugas di masyarakat. Mereka berkomitmen untuk memperjuangkan perempuan, terutama di daerah-daerah yang seringkali tertinggal," ujarnya.

Menurut Yuli, semangat kader-kader ini sangat penting untuk memastikan perempuan di daerah-daerah terpinggirkan mendapatkan kesempatan yang setara dan dapat maju dalam berbagai aspek kehidupan. 

"Banyak perempuan di daerah yang menghadapi tantangan sosial dan perlakuan yang tidak adil, namun semangat para kader ini tidak pernah padam untuk memastikan perempuan-perempuan ini bisa maju dan mendapat kesempatan yang setara," jelasnya.

Yuli Isnaeni turut mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung kegiatan Jambore Kader Qaryah Thayyibah.

Kami mengucapkan terima kasih atas kesempatan ini dan selamat mengikuti Jambore kepada seluruh kader. Semoga kegiatan ini memberikan kemudahan dalam melaksanakan program-program yang ada dan membawa manfaat untuk komunitas masing-masing," pungkasnya.

Yuli berharap, setelah mengikuti acara ini, seluruh peserta dapat kembali ke komunitas mereka dengan semangat baru dan menjadi kader yang lebih baik, lebih kuat, dan lebih semangat dalam menjalankan tugas pemberdayaan perempuan.

"Semoga semangat ini terus menguat untuk membawa perubahan yang lebih besar di masyarakat," tambahnya.

Kepemimpinan perempuan di tingkat komunitas memiliki peran krusial dalam mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), terutama dalam menghadapi tantangan sosial yang masih mempengaruhi masyarakat, seperti kemiskinan, stunting, perkawinan anak, dan rendahnya partisipasi perempuan dalam politik.

Jambore Kader Qaryah Thayyibah diharapkan dapat meningkatkan pemahaman kader perempuan tentang isu-isu sosial penting dan memberikan keterampilan untuk menjadi pemimpin lokal yang mampu memimpin perubahan di komunitas.

Lebih dari 800 peserta dari berbagai daerah di Indonesia akan hadir dalam kegiatan ini, termasuk DIY dan provinsi lainnya.

Sebanyak 550 peserta akan mengikuti acara pembukaan, sementara 250 peserta lainnya akan hadir hingga akhir acara.

Peserta terdiri dari kader PDA (Pimpinan Daerah ‘Aisyiyah) dan pengurus PWA (Pimpinan Wilayah ‘Aisyiyah) yang berasal dari provinsi-provinsi seperti Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, serta daerah lainnya.

Jambore Kader Qaryah Thayyibah akan berlangsung selama dua hari dan mencakup berbagai topik penting, antara lain GEDSI dalam Perspektif Islam, pemberdayaan ekonomi, kesehatan, disabilitas, dan pendampingan hukum.

Acara ini sejalan dengan pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya dalam bidang kesetaraan gender, pemberdayaan perempuan, dan inklusi sosial.

Melalui penguatan kepemimpinan perempuan di tingkat komunitas, Jambore Kader Qaryah Thayyibah berkontribusi dalam mengurangi ketimpangan sosial dan mempercepat pencapaian pembangunan berkelanjutan.

Dengan perspektif GEDSI yang inklusif, Jambore Kader Qaryah Thayyibah diharapkan dapat mencetak kader perempuan yang siap menjadi agen perubahan dan memberikan dampak positif bagi komunitas mereka.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement