Ahad 10 Nov 2024 17:54 WIB

Manusia, Seni, dan Teknologi dalam Pameran Media Baru UNU Yogyakarta

Hadirnya Internet of Things (IoT) membuka kolaborasi baru pada lintas disiplin ilmu.

Rep: Sabicha Ulinnuha/ Red: Fernan Rahadi
Konferensi Pers Pameran Media Baru Under The Same Sun di UNU Yogyakarta melalui Galeri Nusantara, Sabtu (9/11/2024)
Foto: Sabicha Ulinnuha
Konferensi Pers Pameran Media Baru Under The Same Sun di UNU Yogyakarta melalui Galeri Nusantara, Sabtu (9/11/2024)

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Yogyakarta resmi merilis pameran baru bertajuk "Under The Same Sun" di Kampus Terpadu UNU, Jalan Ringroad Barat, Gamping, Sleman, Sabtu (9/11/2024). Pameran ini memadukan seni dan mengeksplorasi hubungan antara manusia, seni, serta sains dan teknologi.

Pameran yang akan berlangsung dari tanggal 9 November-15 November 2024 ini merupakan pameran ketiga yang digelar oleh Galeri Nusantara sekaligus pameran seni media baru yang pertama. Pameran ini menghadirkan 23 karya yang terdiri dari 13 instalasi, enam mapping, dan empat prototype dari 14 seniman muda berbasis media baru yang terdiri sembilan individu dan lima kelompok.

Under The Same Sun menjadi ruang temu dan pertemuan antara sains dan seni. Dalam rilis pameran kemarin, Rektor UNU, Widya Prahita, menjelaskan pameran ini selaras dengan komitmen UNU dalam pengembangan bidang Science, Technology, Engineering, Mathematics (STEM).

"UNU Jogja sebagai rumah budaya yang memadukan seni dengan bidang lain. Karena memang UNU Jogja ingin menjadi anomali di kalangan NU. NU tidak hanya agama tapi kita mulai masuk ke dunia baru, teknologi, sains dan isu-isu masa depan," jelasnya.

photo
Salah Satu dari Enam Karya Instalasi Seniman Paul Kiram yang Berbasis Mekanika Gerak dalam Pameran Media Baru Under The Same Sun di Galeri Nusantara UNU Yogyakarta, Sabtu (9/11/2024). - (Sabicha Ulinnuha)

Selain itu, acara rilis pameran ini juga dihadiri oleh kurator dan juga seniman yang turut berpartisipasi memamerkan karyanya. Ignatia Nilu, kurator pameran, menjelaskan hadirnya Internet of Things (IoT) membuka kolaborasi baru pada lintas disiplin ilmu. Ia juga menjelaskan, pameran ini menjadi refleksi dunia yang semakin terkoneksi dan terotomatisasi.

"Pameran ini mendukung pengembangan gagasan dan karya yang berdampak tidak hanya pada dunia akademik, tapi juga industri masyarakat luas. Jadi pameran ini bukan hanya soal eksplorasi artistik atau ilmiah, tapi juga pernyataan penting mengenai masa depan manusia, alam dan teknologi," kata Nilu.

Salah satu seniman, Paul Kiram, menampilkan enam karya instalasi berbasis mekanika gerak. Ia memandang seni dari sudut pandang metode dimana semua orang bisa melihat dan nengadaptasi seni dengan metode yang ditawarkan.

Harapannya, adanya pameran ini tidak hanya menampilkan posisi gagasan tetapi juga sinergi berbagai bidang yang akan menemukan titik perjumpaan dari berbagai subjek dan objek. "Mari membawa seni ke ruang publik untuk konsumsi publik, karena semakin banyak orang yang menikmati seni di dunia maka dunia akan menjadi lebih indah," kata Widya sekaligus menutup rilis pameran tersebut.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement