Selasa 31 Dec 2024 22:23 WIB

Tahun Baru, Wisatawan Diminta Pantau Perubahan Cuaca 

Pengawasan sungai dilakukan selama 24 jam.

Rep: silvi dian setiawan/ Red: Muhammad Hafil
Buku untuk mencatat resolusi tahun baru (ilustrasi). Merujuk kamus Cambridge, resolusi tahun baru didefinisikan sebagai janji yang dibuat pada diri sendiri.
Foto: Dok. Freepik
Buku untuk mencatat resolusi tahun baru (ilustrasi). Merujuk kamus Cambridge, resolusi tahun baru didefinisikan sebagai janji yang dibuat pada diri sendiri.

REPUBLIKA.CO.ID,YOGYAKARTA — Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Yogyakarta meminta masyarakat dan wisatawan untuk memperhatikan dan memantau perubahan cuaca. Hal ini mengingat di penghujung 2024 ini banyak masyarakat yang berkumpul untuk merayakan pergantian Tahun Baru 2025. 

“Pada masa Tahun Baru biasanya masyarakat menumpuk di berbagai tempat melakukan aktivitas berkumpul, sehingga kami mengimbau untuk tetap memperhatikan kondisi cuaca dan situasi,” kata Kepala Pelaksana BPBD Kota Yogyakarta Nur Hidayat.  

Baca Juga

Dalam merayakan pergantian Tahun Baru 2025, masyarakat dan wisatawan biasanya berkumpul di kawasan Malioboro, Titik Nol Kilometer, hingga Tugu Pal Putih. Mengingat saat ini musim hujan, masyarakat juga diharapkan waspada terhadap potensi hujan saat merayakan pergantian Tahun Baru di 31 Desember ini.  

“Mengedepankan unsur hati-hati dan penyelamatan diri. Masyarakat di wilayah seperti Kampung Tangguh Bencana (KTB) bisa siaga di wilayah,” ucap Nur. 

Nur menuturkan, sejak November hingga Desember 2024 sudah tercatat 54 kejadian bencana di Kota Yogyakarta. Mulai dari atap rumah rusak karena angin kencang, tanah longsor, dan paling banyak yakni kejadian pohon tumbang. 

“Untuk (potensi luapan) sungai, kita sudah adakan monitoring lewat telemetri, dan sudah otomatis nanti tersampaikan di Pusdalops BPBD. Setelah itu kita sampaikan lewat EWS (early system warning). Kita juga sudah punya link dengan Kabupaten Sleman, sehingga monitor masalah informasi sungai sudah bisa dilaksanakan secara bagus,” jelas Nur.

Terkait dengan pemantauan kondisi sungai, juga dilakukan dengan peralatan telemetri yang bisa dipantau jarak jauh dari ruang kontrol di Kantor BPBD Kota Yogyakarta. Terutama untuk memantau ketinggian air sungai. 

Supervisor Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan (Pusdalops) Bencana (BPBD Kota Yogyakarta, Ariyanto Wibowo mengatakan, dari pemantauan di telemetri, jika ketinggian air sungai melebihi batas, maka akan dibunyikan peringatan dini atau EWS.

“Pengawasan sungai selama 24 jam. EWS di Sungai Buntung dan Belik sudah otomatis, tapi untuk membunyikannya tetap dari sini (ruang kontrol). Untuk EWS di Sungai Code, Winongo, dan Gajah Wong masih manual, di lokasi ada pengeras suara kita informasikan dari kantor. (EWS) Yang paling sering dibunyikan di Sungai Belik karena batas ketinggian airnya 80 meter,” kata Ariyanto.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement