Selasa 19 Aug 2025 08:11 WIB

Merayakan Kemerdekaan Indonesia dengan Lomba Melamun

Meskipun terlihat sederhana, lomba ini punya aturan main yang ketat.

Rep: Muhammad Andi/Wulan Intandari/ Red: Fernan Rahadi
Para peserta yang mengikuti lomba melamun di Kotagede, Yogyakarta, Senin (18/8/2025).
Foto: Wulan Intandari
Para peserta yang mengikuti lomba melamun di Kotagede, Yogyakarta, Senin (18/8/2025).

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Peringatan hari kemerdekaan Republik Indonesia tak melulu soal lomba makan kerupuk atau balap karung. Di Yogyakarta, sebuah acara yang diinisiasi oleh Lokanusa Kotagede, Tamasya Karsa, dan Life at Kotagede berhasil menghadirkan format perayaan yang berbeda. Terinspirasi dari acara serupa di Jepang, mereka mengadakan "Lomba Melamun" yang santai, unik, dan penuh makna.

Bertempat di area Bokong Semar atau Benteng Cepuri, Kotagede, Senin (18/8/2025), acara ini mengajak para peserta untuk sejenak menghentikan kesibukan dan tenggelam dalam lamunan. Sekitar pukul 16.00 WIB, puluhan orang berkumpul dengan berbagai ekspresi dan tujuan.

Meskipun terlihat sederhana, lomba ini punya aturan main yang ketat. Peserta diminta datang tepat waktu, tidak boleh memainkan ponsel, dilarang bergerak berlebihan, dan yang paling penting, tidak boleh mengantuk atau tertidur. Tujuan utamanya adalah untuk melatih fokus dan kesadaran diri di tengah hiruk pikuk kehidupan modern.

"Sebenarnya bukan hanya untuk orang yang tidak punya kegiatan. Ini juga bisa untuk orang yang terbiasa dengan tuntutan aktivitas serba cepat di tengah perkembangan teknologi agar sejenak bisa melamban," ungkap Muhammad Primastri Jati dari Tamasya Karsa.

Para peserta tampak antusias, bahkan banyak yang datang dari luar kota seperti Solo, Semarang, dan Klaten. Topik lamunan mereka pun beragam. Ada yang memikirkan masa depan karier, jodoh, hingga ada yang membawa slip gaji sebagai 'inspirasi' lamunannya.

Vina, seorang kreator konten dari Jakarta yang sedang berada di Yogyakarta, merasa acara ini sangat relevan dengan kehidupannya. "Lomba ini relate banget, apalagi saya umur 25 ya, quarter life crisis. Saya kerja di Jakarta itu capek, macet, nggak bisa lambat gitu," ceritanya.

photo
Para peserta yang mengikuti lomba melamun di Kotagede, Yogyakarta, Senin (18/8/2025). - (Wulan Intandari)

Lomba ini terbagi menjadi tiga kategori yakni Si Paling Bertahan Lama Melamun, Si Paling Ekspresif, dan Si Paling Macak (berdandan). Penilaian dilakukan oleh dua juri utama dan beberapa juri 'bayangan' yang tersebar di antara peserta.

Selama 60 menit, peserta diuji dengan berbagai distraksi, mulai dari musik yang tiba-tiba berubah hingga gerakan tak terduga dari para performer. Mereka yang tertawa atau bereaksi berlebihan bisa didiskualifikasi. Setelah melewati tantangan tersebut, hanya 20 orang yang berhasil bertahan dan masuk dalam kategori pemenang.

"Yang paling tahan lama itu mereka yang tahan dari distraksi. Sementara ekspresi peserta saat melamun dan kostum unik yang mereka kenakan juga menjadi poin penilaian," jelas Primastri.

Acara ini bukan hanya sekadar kompetisi, tetapi juga menjadi wadah bagi para peserta untuk menyalurkan keluh kesah dan sejenak meredakan kepanikan yang sering muncul akibat tuntutan hidup. Mereka menemukan ketenangan dalam kesunyian lamunan, ditemani pemandangan Benteng Cepuri yang ikonik, menjadikan momen kemerdekaan kali ini terasa lebih berbeda.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement