REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA — Wilayah DIY masih berpotensi terjadinya cuaca ekstrem berupa hujan lebat di akhir Januari 2025 ini, yang mana bertepatan dengan libur panjang Isra Miraj dan Imlek. Untuk itu, bencana hidrometeorologi akibat cuaca ekstrem juga berpotensi terjadi di DIY.
Untuk itu, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY mengingatkan warga maupun wisatawan untuk waspada terhadap bencana tersebut. Terutama mereka yang berwisata di
Kabid Penanganan Darurat BPBD DIY, Tito Asung Kumoro Wicaksono mengatakan, ada sejumlah daerah yang masuk dalam kawasan rawan bencana di DIY. Seperti di Kabupaten Sleman yang berpotensi terjadinya banjir lahar dingin jika hujan turun dengan intensitas lebat dan dalam waktu yang cukup lama.
“Memang ada satu potensi banjir lahar hujan karena curah hujan yang nantinya tinggi di atas, artinya di Merapi. Karena di barat daya (Merapi) ada 30 juta meter kubik (material erupsi), itu berpotensi akan turun (terjadi banjir lahar) manakala kalau terjadi curah hujan yang tinggi,” kata Tito kepada Republika, Kamis (23/1/2025).
Bahkan, pekan kemarin juga dilaporkan adanya banjir lahar dingin Merapi akibat hujan yang turun dengan intensitas lebat. Berdasarkan data Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG), peristiwa itu terjadi pada 15 Januari, yang mana tercatat adanya penambahan aliran lahar dingin di Kali Trising dan Kali Krasak akibat hujan yang terjadi di sekitar Merapi.
Selain potensi banjir lahar dingin, Tito juga mengingatkan adanya potensi longsor di DIY. Utamanya di kawasan perbukitan seperti di Kabupaten Kulon Progo, Kabupaten Bantul, dan Kabupaten Gunungkidul.
“Kalau bicara potensi longsor, tentunya ada di perbukitan, seperti Kulon Progo, kemudian termasuk Bantul yang posisi kontur secara geografisnya tinggi, perbukitan juga. Itu berbatasan dengan Gunungkidul, (di sana) juga beberapa (daerahnya) memiliki potensi longsor,” jelas Tito.
Untuk itu, diharapkan wisatawan yang berlibur di DIY dapat memahami daerah yang akan dituju dan lebih waspada terhadap potensi-potensi bencana selama musim hujan ini. Tito menyebut, pihaknya juga terus berkoordinasi dengan BPPTKG, termasuk BMKG terkait dengan kondisi terkini Merapi dan kondisi cuaca.
“Kita komunikasi dengan BMKG, BPPTKG yang selalu memantau Merapi. BMKG juga terhubung dengan Pusdalops (BPBD DIY) kita terkait penayangan kondisi dan curah hujan terkini di seluruh wilayah DIY, dan itu tiap harinya mengeluarkan informasi,” ungkapnya.