Sabtu 15 Feb 2025 15:10 WIB

GAMA-ICTM Berikan Alternatif Bangun Ketahanan dalam Pengendalian Penyakit Tropis

Hari pertama GAMA-ICTM 2025 diisi dengan dua simposium utama.

Rep: Novita Patmasari/ Red: Fernan Rahadi
Situasi saat coffee break acara Konferensi Internasional Gadjah Mada International Conference on Tropical Medicine (GAMA-ICTM) 2025 di Auditorium Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FK-KMK) UGM, Jumat (14/2/2025).
Foto: Novita Patmasari
Situasi saat coffee break acara Konferensi Internasional Gadjah Mada International Conference on Tropical Medicine (GAMA-ICTM) 2025 di Auditorium Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FK-KMK) UGM, Jumat (14/2/2025).

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA --  Konferensi Internasional Gadjah Mada International Conference on Tropical Medicine (GAMA-ICTM) 2025 resmi dibuka di Auditorium Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FK-KMK) UGM Yogyakarta, Jumat (14/2/ 2025). Acara yang diselenggarakan oleh Pusat Kedokteran Tropis (PKT) UGM ini dihadiri oleh para ahli, akademisi, dan praktisi dari berbagai negara untuk membahas inovasi dan tantangan dalam pengendalian penyakit tropis di tengah perubahan dunia yang dinamis.

Dekan FK-KMK UGM, Prof Yodi Mahendradhata, menyampaikan bahwa ketidakpastian kebijakan politik, peralihan prioritas kesehatan global, dan tidak menentunya pendanaan menjadi dasar pentingnya konferensi ini sebagai wadah berbagi pengetahuan terkini, mendiskusikan inovasi medis, serta memperkuat kolaborasi dalam pengendalian dan pencegahan penyakit tropis.

"Konferensi ini diadakan pada momen yang krusial dalam situasi kesehatan global," katanya dalam acara tersebut.

Plt Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan RI, Yudhi Pramono, mengapresiasi pelaksanaan konferensi ini dan menyampaikan komitmen pemerintah dalam menangani penyakit tropis di Indonesia. Pemerintah telah mengembangkan berbagai strategi, termasuk pengawasan terintegrasi, sistem peringatan dini, serta pemanfaatan kecerdasan buatan untuk kesiapsiagaan pandemi.

Hari pertama GAMA-ICTM 2025 diisi dengan dua simposium utama yang membahas inovasi dan tantangan dalam pengendalian penyakit tropis. Simposium pertama menyoroti pengembangan vaksin malaria, dampak perubahan iklim terhadap vektor penyakit, serta tantangan deteksi dini. Simposium kedua membahas strategi peningkatan cakupan vaksinasi, termasuk pengalaman global dalam pemberantasan polio dan tantangan vaksin oral, dengan pembicara dari University of Alabama, Imperial College London, dan Kementerian Kesehatan RI.

Selain diskusi ilmiah, hari pertama GAMA-ICTM 2025 juga menampilkan peluncuran dua buku penting. Buku pertama, berjudul "Evaluasi Program Kesehatan," membahas tantangan serta solusi dalam pengendalian penyakit tropis, yang ditulis oleh dr Risalia Reni Arisanti. Buku kedua, "Dengue: Berbagai Aspek dan Solusinya," berfokus pada dinamika penyakit demam berdarah, yang ditulis oleh Prof Eggi Arguni.

Rangkaian GAMA-ICTM 2025 telah dimulai sejak sehari sebelumnya dengan pelaksanaan dua workshop pra-konferensi. Workshop pertama membahas teknologi Wolbachia untuk pengendalian demam berdarah dengue (DBD), sebuah metode yang kini diterapkan di lima kota di Indonesia. Workshop kedua berfokus pada pemodelan transmisi penyakit infeksi menular yang membekali peserta dengan keterampilan dalam memprediksi dan memitigasi ancaman wabah.

Konferensi ini diharapkan dapat memperkuat kolaborasi global dalam menemukan solusi berkelanjutan untuk berbagai tantangan kesehatan, serta memberikan wawasan strategis bagi para profesional kesehatan dalam menghadapi tantangan penyakit menular di masa depan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement