Rabu 26 Mar 2025 14:30 WIB

Haedar Nashir: Mudik Lebaran Jangan Jadi Ajang Pamer

Gaya hidup yang berlebihan tak hanya berpeluang terjadi di kalangan individu.

Rep: Wulan Intandari/ Red: Fernan Rahadi
Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir (kedua kiri) bersama jajaran petinggi PP Muhammadiyah saat menggelar acara buka bersama dengan para wartawan di Kantor PP Muhammadiyah, Yogyakarta, Selasa (25/3/2025).
Foto: Wulan Intandari
Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir (kedua kiri) bersama jajaran petinggi PP Muhammadiyah saat menggelar acara buka bersama dengan para wartawan di Kantor PP Muhammadiyah, Yogyakarta, Selasa (25/3/2025).

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Haedar Nashir berpesan kepada masyarakat untuk menjadikan momen mudik Lebaran 2025 sebagai ajang mempererat tali silaturahim, bukan menunjukkan gaya hidup berlebihan.

Haedar tak menepis bahwa momen tersebut kerap kali dimanfaatkan banyak orang untuk unjuk diri dengan pamer kekayaan atau kesuksesan di kampung halamannya. Kata dia, perilaku pamer ini justru akan menghilangkan makna dari Idul Fitri itu sendiri.

“Tidak penting kalau (momen) mudik (lebaran) menjadi pamer kendaraan, kemudian pamer kesuksesan di rantau,” ujar Haedar dalam acara Silaturahim Ramadhan di Kantor PP Muhammadiyah, Yogyakarta, Selasa (25/3/2025).

“Syawalan, Idul Fitri, mudik itu menjadi kekuatan untuk menumbuhkan semangat kebersamaan. Saya yakin penting,” ungkapnya.

Haedar menilai gaya hidup yang berlebihan itu tak hanya berpeluang terjadi di kalangan individu, tetapi juga bisa merambah ke elite politik, ekonomi, hingga keagamaan. Sehingga memicu kesenjangan sosial dan bisa mendorong perilaku menyimpang di tengah masyarakat.

Selain itu, pola pamer tersebut, kata dia juga berpotensi menjadi akar munculnya praktik korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan. Oleh karenanya, dia menekankan pentingnya menjalani hidup secara sederhana.

Tradisi pulang kampung seharusnya menjadi sarana mempererat tali silaturahim satu sama lain antar keluarga.

“Sukses itu harus, tetapi kalau menjadi pamer nanti akan tumbuh kesenjangan dengan masyarakat yang pada umumnya hidup sederhana dan biasa. Bisakah kita sekarang untuk hidup secukupnya?” ujarnya.

"Jadi jalani hidup dengan secukupnya," ungkapnya.

Lebih lanjut, Haedar juga mengingatkan pentingnya menanamkan kegembiraan beragama dalam kehidupan sosial dan bernegara.

Dia mendorong agar seluruh elemen bangsa bisa menjalani ajaran agama dengan seimbang, mengedepankan musyawarah dan kebijaksanaan, serta mempersiapkan generasi emas untuk masa depan Indonesia.

“Itu penting dalam membangun ekosistem bangsa. Dalam kehidupan bernegara, kita bisa teladani tokoh-tokoh bangsa yang lahir pada perjuangan kemerdekaan,” ucap dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement