Ahad 04 May 2025 19:29 WIB

KDM Berencana Kirim Siswa Nakal ke Barak Militer, Gus Ipul: Perlu Dikaji

Perlu ada pendekatan rehabilitatif dan edukatif dalam menangani masalah remaja.

Rep: Wulan Intandari/ Red: Fernan Rahadi
Menteri Sosial Saefullah Yusuf atau Gus Ipul.
Foto: Wulan Intandari
Menteri Sosial Saefullah Yusuf atau Gus Ipul.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi atau yang kerap disapa Kang Dedi Mulyadi (KDM) belakangan ini sedang menjadi perhatian publik. Hal ini tak lepas dari berbagai kebijakannya yang menuai pro kontra termasuk dalam menekan angka kenakalan remaja di wilayahnya lewat peluncuran  program kontroversial berupa pendidikan militer bagi remaja bermasalah.

Ia mengatakan, program ini merupakan sebuah program pembinaan karakter bagi siswa-siswa yang dianggap bermasalah atau nakal, yang melibatkan TNI dan Polri dalam kegiatan di barak militer. Tujuannya untuk membentuk disiplin, kesehatan mental, dan kebugaran fisik pada siswa, serta mencegah mereka dari tindakan kriminal dan pergaulan bebas.

Terkait hal ini, Menteri Sosial Saefullah Yusuf atau Gus Ipul ikut bersuara. Meski belum mengetahui secara rinci konsep dan pelaksanaan program tersebut, namun, dia menilai semua upaya yang bertujuan memperbaiki karakter anak-anak bangsa patut diapresiasi. Akan tetapi tetap perlu melalui kajian mendalam terkait pendekatan dan dampaknya.

"Saya belum paham benar gagasan dasarnya dan solusi apa yang ditawarkan. Tapi setiap upaya untuk anak-anak kita menjadi lebih baik itu baik, meski caranya tentu perlu dikaji,” ujar Gus Ipul kepada wartawan di Yogyakarta, Sabtu (3/5/2025).

Dari kaca mata Kementerian Sosial yang selama ini fokus menangani kelompok rentan seperti anak-anak terlantar, korban kekerasan, perempuan korban perdagangan orang, dan mereka yang mengalami masalah psikologis, ia menekankan perlu ada pendekatan rehabilitatif dan edukatif dalam menangani permasalahan anak dan remaja itu.

Meski program itu sudah berjalan, tetap harus dikaji bagaimana cara mendidiknya, apalagi program ini melibatkan TNI dan Polri dalam kegiatan di barak militer.

"Kami biasanya menangani yang betul-betul rentan secara sosial, psikologis, dan hukum. Kalau pendekatannya militer, itu harus dikaji apakah sesuai dengan hak anak dan prinsip perlindungan anak," ujarnya.

Kriteria Siswa 'Nakal' yang Dikirim ke Barak

Sebelumnya, Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi menjelaskan bahwa program pengiriman anak nakal ke barak militer itu menjadi bagian dari upayanya membentuk karakter disiplin dan tangguh pada remaja. Dia tak menepis bahwa maraknya kenakalan pelajar, seperti tawuran, perundungan, hingga penyalahgunaan media sosial menjadi latar belakang program tersebut digagas, sehingga perlu ditangani secara tegas dan sistematis.

Kendati begitu, tidak semua anak bisa dimasukkan ke dalam program ini. Dedi secara tegas menjabarkan kriteria yang menjadi dasar seleksi.  Program pendidikan di Barak ini ditujukan secara khusus bagi anak-anak yang menunjukkan kecenderungan terhadap tindakan kriminal serta berasal dari keluarga yang sudah tidak mampu memberikan pembinaan di rumah.

Ia juga menambahkan, partisipasi dalam program ini bersifat sukarela. Penyerahan pelajar dilakukan atas dasar inisiatif orang tua dan melalui koordinasi dengan instansi terkait.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement