Senin 12 May 2025 23:09 WIB

SBY Soroti Tensi Geopolitik Ikut Pengaruhi Krisis Iklim Dunia: Perang Perburuk Kondisi Bumi

Perang ikut memperburuk kondisi bumi serta mengancam hajat hidup banyak orang.

Rep: Wulan Intandari/ Red: Karta Raharja Ucu
Presiden ke-6 RI, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dalam acara Institute Lecture Series bertajuk
Foto: Wulan Intandari/ Republika
Presiden ke-6 RI, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dalam acara Institute Lecture Series bertajuk "Green Growth: Sustainable Growth with Equity" pada Senin, (12/5/2025).

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA - Presiden ke-6 RI, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyoroti kondisi global yang hingga saat ini masih tidak baik-baik saja. Ia menyampaikan kegelisahannya, bahkan mengecam peperangan yang belakangan terjadi di sejumlah negara pasalnya membuat dunia abai terhadap isu yang lebih krusial yakni krisis iklim yang kini menjadi ancaman nyata di depan mata.

Menurutnya, arah perkembangan global semakin mengkhawatirkan. SBY yang pernah memimpin RI selama 10 tahun itu menilai berbagai perang yang terjadi ikut memperburuk kondisi bumi serta mengancam hajat hidup banyak orang di seluruh penjuru dunia.

"Krisis iklim dan krisis lingkungan itu nyata, bukan hoax, dan perang-perang itu semakin memperburuk kondisi bumi serta kehidupan bangsa sedunia," ujar SBY dalam acara Institute Lecture Series bertajuk "Green Growth: Sustainable Growth with Equity" pada Senin, (12/5/2025).

Ia mengaku prihatin melihat perkembangan dunia yang kian alami penurunan. Apalagi secara tiba-tiba dunia dijejali isu-isu baru yang membuat cemas, termasuk perang ekonomi belakangan ini yang menyita perhatian banyak negara. Padahal isu tentang iklim dan lingkungan seharusnya juga diberikan perhatian secara intens, namun nyatanya masih banyak yang mengabaikannya.

SBY mengakui isu ini bukan isu yang populer seperti perang, geopolitik, dan perang ekonomi, sehingga, ia bersama TYI mendorong, ancaman krisis iklim dan lingkungan ini untuk diserukan bersama-sama agar menjadi perhatian utama bangsa-bangsa, tak terkecuali Indonesia.

Ia menegaskan krisis iklim bukanlah isu fiktif, melainkan realitas yang harus ditanggapi dengan aksi nyata. "Kita harus mengingatkan dunia agar jangan larut dalam konflik dan peperangan ketegangan geopolitik yang hanya lebih menyusahkan kehidupan manusia," ujarnya.

Setidaknya ada tiga situasi yang kini membuat cemas masyarakat dunia. Selain perang fisik mengerahkan peralatan modern, juga situasi geopolitik yang bertambah panas ditambah perang dagang antar negara. SBY menilai perlu ada gerakan dari pemimpin bangsa-bangsa untuk mengesampingkan ego untuk bersatu dan fokus dalam menangani krisis iklim dan lingkungan beserta ancaman dampaknya.

"Kalau para pemimpin dunia gagal bersatu dalam penanganan krisis iklim ini karena terus berperang, berarti kita akan gagal menjaga bumi ini untuk anak cucu kita kelak," ungkapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement