Kamis 31 Jul 2025 12:53 WIB

Siapkan Dai Unggul, UIN Walisongo Datangkan Director of Imam for Training and Development UK

Dai memiliki tanggung jawab besar dalam membentuk kesadaran spiritual masyarakat.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Fernan Rahadi
UIN Walisongo
Foto: walisongo.ac.id
UIN Walisongo

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK) UIN Walisongo Semarang menggelar seminar bertajuk 'Strengthening Professional Imam and Da'i' yang diselenggarakan di Ruang Sidang Utama FDK, Selasa (29/7/2025). Dalam seminar tersebut, FDK UIN Walisongo mengundang Director of Imam for Training & Development United Kingdom, Moh. Ali Belaao, sebagai pembicara utama.

Acara seminar dibuka oleh Wakil Rektor UIN Walisongo Bidang Kemahasiswaan, Kerja Sama, dan Alumni, Hasan Asy’ari Ulama’i serta Dekan FDK UIN Walisongo Moh Fauzi. Seminar tersebut diikuti 57 mahasiswa yang akan melakukan kuliah kerja nyata (KKN) di Papua. 

 

Dalam sambutannya, Hasan Asy'ari Ulama'i mengungkapkan, peningkatan kapasitas penting bagi imam dan dai. "Imam dan dai bukan sekadar penyampai pesan agama. Mereka adalah wajah Islam di tengah masyarakat. Maka penting bagi mereka untuk membangun karakter, kapasitas, dan kecakapan berkomunikasi yang baik," ucapnya. 

 

Dalam pemaparannya, Director of Imam for Training & Development United Kingdom, Moh Ali Belaao, menyampaikan, peran imam dan dai di era digital perlu mengalami transformasi signifikan. Menurutnya, imam dan dai jangan lagi terbatas pada mimbar. Mereka harus tampil intelektual publik, pemengaruh digital, dan agen perubahan sosial. 

 

Ali Belaao berpendapat, saat ini dakwah juga harus digencarkan di media sosial dan ruang-ruang digital. "Pemuda Muslim masa kini harus sadar akan status dan tanggung jawab mereka dalam Islam, terutama di tengah penderitaan umat di belahan dunia seperti di Palestina. Kita harus berperan dengan apa yang kita miliki, termasuk ilmu dari kampus, untuk membantu sesama," ucapnya. 

 

Dosen FDK UIN Walisongo, Najahan Musyafak, turut memberikan materi dalam seminar. Dia menyoroti pentingnya etika komunikasi, terutama dalam konteks media sosial di Indonesia yang banyak diwarnai ujaran kebencian. Menurutnya imam dan dai memiliki tanggung jawab besar dalam membentuk kesadaran spiritual, moral, dan sosial di masyarakat.

 

Najahan turut menyinggung tantangan dakwah di tengah perkembangan kecerdasan buatan (AI). Dia berpendapat, media digital seperti dua mata pisau: bisa menjadi alat kebaikan jika diisi narasi moderat, tetapi juga membahayakan jika disalahgunakan. “AI itu bekerja berdasarkan data dan prompt. Maka penting bagi dai memiliki pengetahuan, etika, dan keterampilan dalam menggunakan teknologi,” katanya. 

 

Najahan menambahkan, terdapat empat kompetensi utama yang harus dimiliki oleh imam dan dai profesional saat ini, yaitu: kedalaman teologis dan pemahaman terhadap teks suci (scriptural literacy), literasi digital, kemampuan komunikasi dan etika media, serta kontekstualisasi dakwah dalam lintas budaya.

 

Sementara itu Dekan FDK UIN Walisongo, Moh Fauzi, mengatakan, penyelenggaraan seminar 'Strengthening Professional Imam and Da'i' merupakan bagian dari upaya FDK UIN Walisongo dalam memperkuat jejaring internasional di bidang pengembangan kapasitas keagamaan dan pengabdian masyarakat. "Melalui kerja sama ini, kami ingin mendorong lahirnya imam dan dai yang tak hanya saleh dalam ibadah, tetapi juga cakap secara sosial dan digital. Ini menjadi kebutuhan penting dalam lanskap dakwah saat ini," katanya. 

 

FDK UIN Walisongo dan Imam for Training & Development UK sebelumnya telah menggelar pelatihan bagi dosen, tenaga kependidikan, serta mahasiswa dalam penguatan kapasitas imam dan dai.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement