REPUBLIKA.CO.ID, RAMALLAH -- Otoritas Palestina mengecam Menteri Keamanan Nasional Israel, Itamar Ben-Gvir, karena menyerukan pembubaran Otoritas Palestina yang berbasis di Ramallah, Tepi Barat. Seruan Ben-Gvir muncul saat Israel juga tengah bersiap mencaplok Jalur Gaza.
"(Seruan Ben-Gvir) adalah kelanjutan dari kebijakan genosida, pemindahan paksa, dan aneksasi Israel di Gaza dan Tepi Barat yang diduduki," kata Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Palestina dalam pernyataannya merespons seruan Ben-Gvir, Ahad (10/8/2025), dikutip Anadolu Agency.
Menurut Kemenlu Palestina, seruan Ben-Gvir memang menargetkan Otoritas Palestina sebagai inti dari negara Palestina. Kemenlu Palestina meyakini, seruan Ben-Gvir turut bertujuan melenyapkan perjuangan Palestina dan hak-hak rakyatnya.
"(Seruan Ben-Gvir) termasuk dalam kudeta berkelanjutan Israel terhadap hukum internasional, resolusi PBB, dan perjanjian yang telah ditandatangani," kata Kemenlu Palestina.
Itamar Ben-Gvir telah menyerukan pembubaran Otoritas Palestina yang berbasis di Ramallah, Tepi Barat. "Saya akan mengajukan permohonan kepada Perdana Menteri dengan permintaan untuk segera mengambil langkah-langkah operasional pada rapat kabinet berikutnya guna membubarkan Otoritas Palestina," kata Ben-Gvir lewat akun X resminya, Ahad (10/8/2025).
"Ini harus merupakan respons terhadap fantasi teroris Abu Mazen (panggilan untuk Presiden Palestina Mahmoud Abbas) tentang 'negara Palestina' - menghancurkan otoritas teror yang dipimpinnya," tambah Ben-Gvir.
Sebelumnya tersiar kabar Mahmoud Abbas berencana mengumumkan transformasi Otoritas Palestina menjadi Negara Palestina saat menghadiri sidang Majelis Umum PBB di New York, Amerika Serikat, pada September mendatang. Sejumlah negara seperti Prancis, Inggris, dan Portugal, berencana mengakui negara Palestina di sidang Majelis Umum PBB mendatang.
Pada Jumat (8/8/2025), kabinet keamanan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyetujui rencana operasi besar-besaran untuk merebut Kota Gaza. Meski menuai penolakan luas, Netanyahu mengisyaratkan akan tetap melanjutkan rencananya merebut Gaza.
"Kami tidak akan mengokupasi Gaza - kami akan membebaskan Gaza dari Hamas. Gaza akan didemiliterisasi, dan pemerintahan sipil akan dibentuk, bukan Otoritas Palestina, bukan Hamas, dan bukan organisasi teroris lainnya," tulis Netanyahu lewat akun X resminya pada Jumat lalu. Rencana Israel mencaplok Gaza tidak hanya ditentang oleh Palestina, tapi juga komunitas internasional, termasuk Barat.