REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: M. Anwar Djaelani, penulis buku Menulislah, Engkau Akan Dikenang dan 12 judul lainnya
Judul buku : Petunjuk Manusia Pilihan: Jalan Indonesia Mengakhiri Kegelapan
Penulis : Fahmi Salim
Penerbit : Al-Fahmu Institute - Jakarta
Terbit : Juni 2025
Tebal : xxxviii + 313 halaman
Sejarah atau kisah, dalam Islam, sangat penting. Di antara buktinya, pertama, di dalam Alquran bagian yang berisi tentang sejarah atau kisah sangat banyak. Bahkan, Surat ke-28 bernama Al-Qashash (kisah).
Kedua, ada ayat Alquran yang secara umum meminta kita rajin membaca kisah. Perhatikanlah (terjemahan) ayat ini: “Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal” (QS Yusuf [12]: 111).
Tentu, untuk merespons ayat di atas, kita harus tekun menyimak sejarah atau kisah. Buku karya Fahmi Salim (FS) ini, bisa menjadi satu satu pilihan yang berharga. Di dalamnya penuh dengan kisah, yang sangat bisa menginspirasi kita.
Awalan Elok
Buku dibuka dengan bagus, di bawah judul Petunjuk: Apa Kata Mereka? Halaman pembuka ini bisa menjadi bingkai, sehingga pembaca lebih bisa menghayati apa misi dari buku ini yaitu mengambil pelajaran dari kisah-kisah Manusia Pilihan.
Di situ dikutip ungkapan indah dari sejumlah ulama antara lain seperti Rasyid Ridha, Sayyid Qutb, dan Hamka. Rasyid Ridha, misalnya, mengatakan bahwa ”Sebagaimana Nuh, Ibrahim, dan keluarga Dawud yang memiliki keistimewaan dalam bersyukur. Yusuf, Ayyub, dan Ismail dalam kesabaran. Zakaria, Yahya, Isa dan Ilyas dalam qana'ah dan kezuhudan. Pun, Musa dan Harun dalam keberanian dan keteguhan dalam menegakkan kebenaran” (h.v).
Setelah itu, FS menyampaikan Prolegomena (Kata Pengantar) berjudul Kisah Para Nabi di Alquran. Dia bilang, isi Alquran sekitar sepertiganya adalah kisah. Hal ini, lanjut dia, menjadi dalil mengenai nilai penting kisah.
Untuk apa kisah? Antara lain, pertama, meneguhkan hati (baca QS Hud [11]: 120). Kedua, mengambil ibrah atau pelajaran (baca QS Yusuf [12]: 111). Ketiga, sebagai bekal hidup terutama bagi pendakwah (h.xiii-xviii).
Kisah-kisah yang dimaksud, semua dari Alquran. FS, dengan bukunya ini, mengajak pembaca untuk bisa merasakan salah satu mukjizat Alquran berupa solusi-solusi praktis dalam mengatasi masalah kehidupan. Lewat gambaran kisah-kisah dari Manusia Pilihan (Utusan-Utusan Allah), kita mendapatkan petunjuk yang seharusnya lalu menjadi penerang jalan agar kita (Indonesia dan dunia) segera keluar dari berbagai kegelapan hidup menuju cahaya peradaban gemilang bersendikan tauhid yang kokoh di sepanjang masa (h.xii).
Semangat Nuh As
Nabi Nuh As adalah Nabi pertama yang diutus Allah untuk menyeru kaumnya keluar dari kemusyrikan, penghambaan terhadap berhala-berhala, dan untuk semata-mata hanya menyembah Allah. Seruannya itu dilakukan dengan berbagai macam metode, baik dengan metode targhib yaitu memberi kabar gembira berupa pahala maupun dengan metode tarhib yaitu memberi peringatan dan ancaman berupa azab dari Allah (h.10).
Sebagai seorang Rasul, prinsipnya tidak minta upah dari siapapun. Prinsip ini harus dicanangkan dalam membangun dakwah. Jangan mengharap imbalan, upah itu sudah didapatkan dari Allah. Perhatikan ini: ”Dan aku sekali-kali tidak minta upah kepadamu atas ajakan-ajakan itu; upahku tidak lain hanyalah dari Tuhan semesta alam” (QS Asy-Syu'araa' [26]: 109).
Masih spirit dari Nabi Nuh As. Bahwa, kita membela ulama karena ajaran-ajaran kebenaran yang dibawanya dan bukan untuk mengultuskannya. Kita harus sangat berhati-hati agar tidak terjerumus seperti kaum Nabi Nuh As yang menjadikan tokoh-tokoh sebagai objek pengultusan.
Dakwah Nuh As selama 950 tahun. Dakwah selama itu, hanya mendapatkan segelintir orang yang mau beriman. Sedikit orang itu pula yang mau naik ke dalam kapal, media penyelamat mereka dari azab Allah berupa banjir besar.
Oleh karena itu, menjadi da’i bukan untuk mencari pengikut tetapi mencari ridha Allah. Kalau menjadi da’i untuk mencari pengikut maka yang akan terjadi adalah berebut pengaruh (termasuk berebut jamaah, masjid, dan media). Jika niatnya lurus dalam berdakwah di jalan Allah, maka pengikut akan datang sendiri, tetapi jika niatnya buruk maka sia-sia dalam menjalankan misi dakwah (h.11).
Selanjutnya, ujian itu tak akan henti menyapa. Terkait Nabi Nuh As, ujian tidak hanya datang dari kaumnya tapi juga dari keluarganya sendiri. Istri dan anaknya, ada di ”seberang” Nuh As (h.15).
Sapaan Ibrahim As
Kita baca h.31. Di situ ada judul: Tegar Berdiri di Jalan Dakwah: Belajar pada Nabi Ibrahim.
Keistimewaan Nabi Ibrahim As, bahwa Beliau memiliki keluarga yang menjadi penggerak dakwah, bukan sekadar pendukung. Istrinya, anak-anaknya, serta cucu-cucunya semua bergerak aktif dalam dakwah. Inilah yang membuat risalah Nabi Ibrahim As tetap kekal hingga saat ini (h.35).
Inspirasi dari Nabi Ibrahim As juga terdapat dalam doa-doanya. Ada doa kebaikan untuk keturunan. Ada doa untuk kebijaksanaan dan keteguhan iman. Ada doa untuk umat. Juga, ada doa untuk negeri (h.36-38).
Masih tentang Nabi Ibrahim As. Ada judul Keteladanan Nabi Ibrahim untuk Manusia Kontemporer (h.41). FS menemukan sembilan pelajaran. Berikut ini, dikutip sekadar pelajaran keenam. Bahwa, pendidikan anak dalam Islam itu penting. Nabi Ibrahim As selalu mendoakan dan mendidik anak-anaknya agar bertakwa dan berakhlak mulia. Terkait, cermati doa Ibrahim As dalam QS Asy-Syu'araa' [26]: 83-89).
Hal di atas, menjadi pengingat kita untuk selalu membimbing anak-anak dengan pendidikan agama agar mereka tumbuh menjadi generasi yang beriman. Bagaimanapun, pendidikan agama bagi anak sangat penting dalam membentuk akhlak mereka sejak dini (h. 45-46).
Spirit Ya’qub As
Kini kita buka judul, Teladan Kesabaran dan Ketakwaan dalam Keluarga: Belajar pada Nabi Ya’qub dan Nabi Yusuf (h.73). Kita mulai dari QS Ali ’Imraan [3]: 33, yang artinya: ”Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga 'Imraan melebihi segala umat (di masa mereka masing-masing).
Allah memilih Nabi Adam As dan Nabi Nuh As hanya menyebut nama pribadinya tapi keluarganya tidak disebut. Sedangkan Allah memilih keluarga Ibrahim As dan keluarga ’Imraan yang berarti keluarga di sini dipuji oleh Allah. Mengapa? Hal ini karena anak-cucu keturunan dari Ibrahim As dan ’Imraan As mengikuti garis keimanan yang telah ditanamkan oleh ayah mereka.
Pada keluarga Ibrahim As ada keturunan bernama Ismail dan Ishaq. Dari Ismail As, kelak lahir Muhammad Saw. Dari Ishaq As, kelak lahir Ya’qub dan Yusuf (h.74).
Ketika kita membaca Surat Yusuf sebenarnya kita sedang membaca biografi kisah orang-orang sukses yang dijamin selamat oleh Allah, dunia dan akhirat. Allah menyebut kisah Yusuf sebagai bagian dari kisah yang terbaik (baca QS Yusuf [12]: 3).
Rencana Allah itu lebih hebat dari rencana manusia. Kita tidak boleh pesimis menghadapi ujian-ujian hidup. Orang Islam itu kalau jatuh sekali dia harus bangkit dua kali. Jangan sampai kita tidak bangkit (h.77).
Lihat Yusuf As yang pernah dipenjara. Di dalam penjara, beliau mendapatkan kemuliaan dari Allah untuk berdakwah. Maka, tak aneh bila banyak da’i dan ulama ketika mereka dipenjara justru banyak membawa hikmah. Lebih banyak waktu mereka untuk menulis, berkarya, dan berdakwah. Nabi Yusuf As menggunakan waktunya dalam penjara untuk mendakwahkan tauhid (h.81).
Melalui kisah, kita bisa mengambil pelajaran bahwa Nabi Yusuf As mempunyai semangat dan daya juang yang luar biasa. Yusuf As seorang manusia yang mengalami kehidupan yang keras sejak kecil hingga dewasa. Akhirnya, beliau menjadi tokoh yang sukses, bukan hanya sukses di ukuran materi tapi juga sukses akhirat. Jadi, kalau kita menghadapi masalah apapun maka hadapilah dengan ketakwaan kepada Allah. Kemudian, bersabarlah ketika menjalankan perintah Allah. Juga, sabar ketika meninggalkan larangan Allah. Harus sabar dalam mengendalikan diri (h.83).