Sabtu 06 Sep 2025 16:56 WIB

Garebeg Maulud: Tradisi Sakral yang Dikagumi Wisatawan Mancanegara di Yogyakarta

Mereka menyukai euforia masyarakat yang masih merawat tradisi dan budaya.

Rep: Wulan Intandari/ Red: Karta Raharja Ucu
Dani, wisatawan asal Amerika Serikat
Foto: Wulan Intandari/ Republika
Dani, wisatawan asal Amerika Serikat

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Tradisi sakral Hajad Dalem Garebeg Maulud yang digelar Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat pada Jumat (5/9/2025) siang, kembali menyedot perhatian publik. Tak hanya masyarakat lokal dan wisatawan domestik, sejumlah wisatawan mancanegara juga terlihat antusias mengikuti dan mengabadikan prosesi arak-arakan gunungan dari Keraton menuju Masjid Gedhe Kauman Kota Yogyakarta.

Pantauan Republika di lokasi, wisatawan mancanegara itu tak hanya antusias untuk menyaksikan barisan prajurit Keraton, mereka juga ikut dalam euforia “ngalap berkah” atau berebut hasil gunungan yang diyakini membawa keberuntungan. Tahun ini, prosesi Garebeg juga terasa lebih istimewa karena bertepatan dengan Tahun Dal 1959 dalam penanggalan Jawa, momen langka yang hanya datang setiap delapan tahun sekali, ditandai dengan keluarnya Gunungan Brama.

Salah satunya Peter, wisatawan asal Amerika Serikat. Ia mengaku ini adalah pengalaman pertamanya menyaksikan tradisi seperti ini. Ia tampak semringah meski cuaca cukup terik.

"Sangat menarik, ini pertama kalinya saya melihatnya, sangat menarik. Banyak orang, walaupun sangat panas, tapi ini sangat menarik," ujarnya saat dijumpai Republika di kawasan Masjid Kauman Yogyakarta, Jumat (5/9/2025).

Saat ditanya apa yang membuatnya tertarik, Peter tak memiliki alasan spesifik, tetapi ia menyukai euforia masyarakat yang masih merawat tradisi dan budaya.

"Ketika aku mendengar ada perayaan hari ini, jadi aku berkata, ‘Aku ingin melihatnya'," ungkapnya.

Sementara itu, Magdalena dari Polandia mengaku senang bisa  dan beruntung bisa datang ke Yogyakarta tepat saat perayaan berlangsung. Ia menyebut Garebeg Maulud sebagai pengalaman yang 'eksotis' yang pernah ia jumpai.

"Saya datang dari Eropa, dan saya mengunjungi Jawa. Jadi Yogyakarta ini adalah salah satu tempat pemberhentian saya, dan saya senang bisa menghadiri festival ini. Sebenarnya saya tidak tahu banyak tentang festival ini, tapi saya tahu ini tentang sesuatu bahwa ini perayaan ini ada kaitannya dengan hari raya Muslim yang dibalut dalam tradisi. Bagi saya itu sangat eksotis, saya belum pernah melihat festival seperti ini," ucapnya penuh semangat.

Tak hanya turis baru, beberapa wisatawan mancanegara yang sudah lama tinggal di Yogyakarta juga turut serta. Dani, warga AS yang kini berdomisili di Yogyakarta itu mengaku “wong Jowo”, sehingga tak ingin melewatkan momen Garebeg tersebut.

photo
Peter, wisatawan asal Amerika Serikat. - (Wulan Intandari/ Republika)

Ia menyampaikan ini adalah pertama kalinya datang ke Garebeg Maulud, meski sudah beberapa kali mengelilingi kawasan Keraton. "Karena tanggal merah, jadi ada waktu, bisa liat-liat event ini.  Saya senang tinggal disini, mau belajar bahasa indonesia, bahasa jawa, mau belajar tentang budaya jawa," ucapnya.

"Ke event ini belum pernah, ini first time, tapi sudah ke Keraton, sudah keliling," kata dia.

Senada, Mirco, wisatawan dari Italia, mengungkapkan kekagumannya terhadap keberagaman budaya di Yogyakarta yang ia lihat selama Garebeg berlangsung. Meski belum bisa melihat prosesi dengan jelas karena padatnya pengunjung, ia tetap tampak antusias.

"Tentu sangat menarik, apalagi di sini di Jogja, perpaduan budaya dan tradisi yang luar biasa," katanya.

"Aku bersemangat melihatnya, tapi entahlah aku masih tidak bisa melihatnya dengan jelas atau tidak. Ketika aku bisa melihatnya, aku bisa memberitahumu lebih banyak (apa yang aku rasakan -Red)," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement