Kamis 02 Oct 2025 14:06 WIB

Alat Berat Mulai Dikerahkan untuk Evakuasi Santri Ponpes Al-Khoziny yang Masih Terjebak

Tim SAR Gabungan mulai melakukan pembongkaran bangunan runtuh.

Rep: Wulan Intandari/ Red: Karta Raharja Ucu
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Suharyanto, dan Menko PMK, Pratikno dalam konferensi pers di Sidoarjo terkait evakuasi dengan menggunakan alat berat, Kamis (2/10/2025).
Foto: Wulan Intandari/ Republika.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Suharyanto, dan Menko PMK, Pratikno dalam konferensi pers di Sidoarjo terkait evakuasi dengan menggunakan alat berat, Kamis (2/10/2025).

REPUBLIKA.CO.ID, SIDOARJO - Proses evakuasi terhadap korban yang masih terjebak di bawah reruntuhan bangunan Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Khoziny, Sidoarjo, resmi memasuki tahap penggunaan alat berat. Tim SAR Gabungan mulai melakukan pembongkaran bangunan runtuh pada Kamis (2/10/2025), tepatnya pukul 11.30 WIB, setelah melalui berbagai tahap pencarian manual selama tiga hari sebelumnya.

Keputusan penggunaan alat berat ini juga merupakan keputusan bersama pascadigelarnya rapat koordinasi yang melibatkan Basarnas, BNPB, TNI, Polri, relawan teknis dari perguruan tinggi terutama keluarga korban. Mereka sepakat untuk mulai mengangkat material bangunan seperti beton dan batu bata menggunakan crane dan alat berat lain yang sesuai standar penanganan bencana gedung roboh.

"(Hasil rapat koordinasi -red) memutuskan untuk masuk tahap berikutnya, tahap evakuasi pencarian dengan menggunakan alat-alat berat. Tentu saja resikonya ini tidak mempertimbangkan lagi apabila ada yang masih selamat. Tapi ini tetap hati-hati," Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Suharyanto, Kamis (2/10/2025).

Suharyanto menyebut, sebanyak 212 personel ahli dilibatkan dalam evakuasi tahap dua ini, dilengkapi dengan hazmat, kantong jenazah, dump truck, dan ambulans yang telah disiapkan sejak pagi. Selain crane, tidak digunakan alat berat sembarangan demi menghindari kerusakan tambahan pada struktur yang masih bisa menyimpan korban.

Proses evakuasi dengan menggunakan alat berat ini juga dilakukan secara bertahap, di mana setiap pengangkatan balok atau struktur reruntuhan akan disusul dengan scanning ulang untuk memastikan tidak ada korban di bawahnya. Fase ini dinilai sangat krusial mengingat kondisi cuaca dan fase dekomposisi jenazah yang bisa menimbulkan risiko kesehatan di area pencarian.

"Ini cukup krusial, karena apa? Ini fase dekomposif, pembusukan, ya. Busuk itu dari fase satu kurang dari dua belas jam, kemudian fase kedua kurang dari dua puluh empat jam, fase ketiga lebih dari empat puluh delapan jam akan terjadi penyebaran hal yang dapat memberikan dampak hidup karena ini adalah unsur kimiawi dan biologis," ungkapnya.

 
 
 
Lihat postingan ini di Instagram
 
 
 

Sebuah kiriman dibagikan oleh Republika DIY Jateng & Jatim (@republikajogja)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement