Kamis 02 Oct 2025 21:32 WIB

Berpartisipasi dalam Simposium IDKI 2025, Ajinomoto Dukung Penciptaan Lingkungan Kerja yang Sehat

Acara ini menghadirkan para pakar dan praktisi kesehatan kerja.

PT Ajinomoto Indonesia memperkuat komitmennya dalam menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan Aman dengan berpartisipasi dalam Simposium dan Workshop Kesehatan Kerja yang digelar oleh Perhimpunan Dokter Kesehatan Kerja Indonesia (IDKI) di Manhattan Hotel, Kuningan, Jakarta.
Foto: dokpri
PT Ajinomoto Indonesia memperkuat komitmennya dalam menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan Aman dengan berpartisipasi dalam Simposium dan Workshop Kesehatan Kerja yang digelar oleh Perhimpunan Dokter Kesehatan Kerja Indonesia (IDKI) di Manhattan Hotel, Kuningan, Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Ajinomoto Indonesia memperkuat komitmennya dalam menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan Aman dengan berpartisipasi dalam Simposium dan Workshop Kesehatan Kerja yang digelar oleh Perhimpunan Dokter Kesehatan Kerja Indonesia (IDKI) di Manhattan Hotel, Kuningan, Jakarta.

Acara ini menghadirkan para pakar dan praktisi kesehatan kerja, termasuk dokter perusahaan, HRD, dan profesional HSE dari berbagai sektor industri, dengan fokus pada peningkatan kapasitas dokter perusahaan dalam menghadapi tantangan kesehatan kerja modern. Sebagai organisasi profesi di bawah Ikatan Dokter Indonesia (IDI), IDKI berperan memperkuat kontribusi dokter perusahaan melalui layanan preventif, kuratif, dan rehabilitatif, sekaligus mendorong kolaborasi lintas sektor agar dunia usaha mampu beradaptasi dengan kompleksitas isu kesehatan kerja di era modern.

Partisipasi Ajinomoto dalam kegiatan ini sejalan dengan tujuan perusahaan dalam mendukung kesejahteraan berkelanjutan bagi manusia, masyarakat, dan bumi melalui pendekatan AminoScience. Tidak hanya berkontribusi secara eksternal, Ajinomoto juga aktif membangun budaya hidup sehat di lingkungan internal perusahaan melalui berbagai inisiatif Ajinomoto Health Provider.

Salah satu program unggulan yang diperkenalkan adalah Health Provider Badges Program, sebuah inisiatif edukatif perusahaan yang bertujuan meningkatkan literasi gizi dan kesehatan di kalangan karyawan.

Menurut Head of Human Resources Department PT Ajinomoto Indonesia, Indra Nurcahyo, perusahaan juga perlu menciptakan ‘attractive programs which can change our employee healthy behaviour’ untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan di kalangan karyawan. Program ini terbukti efektif, ditandai dengan peningkatan signifikan pada health age yang tercermin dari hasil Medical Check Up (MCU) karyawan setiap tahunnya. Selain itu juga dapat dilihat perubahan pola makan gizi seimbang, yang tumbuh melalui partisipasi aktif dalam program edukatif tersebut.

Selain itu terdapat kegiatan pendukung berupa Fun & Health Activities, yang mencakup kegiatan ‘exercise’ dan lose weight challenge’. Sinergi antara edukasi dan aktivitas fisik ini mendorong karyawan untuk lebih peduli terhadap gaya hidup sehat, sehingga berdampak positif terhadap kondisi kesehatan karyawan serta peningkatan

produktifitas kerja secara menyeluruh,” ujarnya.

Keberhasilan program ini disampaikan langsung oleh Wakil Sekertaris Pengurus Pusat

IDKI, dr Rafael Nanda dalam sesi bertajuk 'Nutrition Related Diseases Program at Work'. Ia menyampaikan bahwa implementasi program tersebut di Ajinomoto telah memberikan dampak positif yang signifikan. “Kami melihat adanya peningkatan

hasil Medical Check-Up (MCU) karyawan setelah mengikuti program ini. Ini menunjukkan bahwa edukasi yang konsisten dan pendekatan yang terstruktur mampu mendorong perubahan perilaku sehat di tempat kerja,” ujar dr

Rafael.

Dalam upaya untuk terus meningkatkan kesehatan tubuh saat bekerja, penting juga bagi setiap pekerja untuk menjaga asupan konsumsi makanan harian yang lebih seimbang, tidak kurang, dan tidak berlebihan. Supaya, para karyawan dapat terhindar dari penyakit degeneratif seperti hipertensi dan diabetes yang sering kali tidak menunjukkan gejala yang spesifik.

Lebih lanjut terkait penyakit degeneratif dan rekomendasi pencegahannya, spesialis gizi klinik RS Premier Bintaro, dr Yohan Samudra, menjelaskan lebih lanjut dalam sesi bertajuk “Be Wise in Using Salt”. Ia menjelaskan bahwa penyakit degeneratif merupakan kondisi kronis yang ditandai dengan kerusakan dan penurunan fungsi sel, jaringan, atau organ tubuh seiring waktu, yang umumnya dipicu oleh penuaan dan gaya hidup tidak sehat.

Salah satu contohnya adalah penyakit jantung dan pembuluh darah yang sering kali berawal dari hipertensi, yakni kondisi tekanan darah yang terus-menerus melebihi batas normal. Salah satu faktor pemicunya adalah konsumsi garam berlebih.

Rata-rata orang Indonesia mengonsumsi garam dua kali lipat dari batas yang direkomendasikan oleh Badan Kesehatan Dunia, yaitu 5 gram atau sekitar satu sendok teh per hari. Bahkan, 5 dari 10 orang Indonesia melebihi angka tersebut.

Mengatasi hal ini, caranya bisa dengan Bijak Garam yang menawarkan solusi cermat dengan mengurangi penggunaan garam pada saat memasak makanan, dan menambahkan sedikit monosudium glutamate (MSG). Dengan cara ini, asupan natrium kita berkurang, dan cita rasa makanan yang kita konsumsi tetap lezat. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement