REPUBLIKA.CO.ID, SIDOARJO -- Sebanyak 13 santri Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Khoziny, Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur yang menjadi korban ambruknya musholla hingga Kamis (2/10/2025) malam, masih menjalani perawatan intensif di RSUD RT Notopuro. Dua santri di antaranya menjalani amputasi akibat luka parah.
Kondisi keseluruhan pasien disebut stabil. "Yang kami rawat kemarin ada delapan, sore bertambah lima, jadi total 13 santri, Alhamdulillah kondisi mereka stabil, meski ada yang harus menjalani operasi besar," kata Direktur RSUD RT Notopuro Sidoarjo, Atok Irawan, Kamis (2/10/2025) malam.
Salah satu yang menyita perhatian publik adalah santri bernama Syailendra Haikal, atau kerap disebut Haikal, yang berhasil dievakuasi setelah tertimbun reruntuhan selama dua hari. Atok menyampaikan Haikal sempat viral karena percakapannya dengan petugas saat proses evakuasi berlangsung, menunjukkan ia masih sadar dan bisa berkomunikasi, meski dalam kondisi lemah.
"Haikal ini luar biasa, sempat dievakuasi lama tapi komunikasinya lancar. Bahkan ia sempat ngobrol banyak dengan kami," ujarnya.
Menurut Atok, kondisi Haikal kini terus membaik. Bahkan, ia sudah bisa makan dengan lahap.
"Saya lihat mental anak-anak ini luar biasa, tetap semangat. Bahkan Haikal sudah bisa makan dengan lahap," ucap dia.
Sementara itu, santri lain yang turut mendapat penanganan intensif antara lain Wahyudi, Al Fatih, dan Abdul Rozi. Untuk Wahyudi, remaja berusia 13 tahun ini saat ini menjalani tindakan operasi tulang selangka. Sementara santri lain, Syaifur Rosi Abdillah, juga berusia 13 tahun, tengah menjalani operasi pada bagian kaki akibat cedera serius.
Namun kondisi paling berat dialami Abdul Rozi. Ia harus menjalani amputasi pada bagian kaki. Sebelumnya, lengan kirinya juga telah diamputasi sehari sebelumnya karena kerusakan jaringan parah.
"Abdul Rozi, tulangnya normal, tidak ada retakan, tapi pembuluh darah terjepit hingga aliran nutrisi tidak bagus. Bahkan mengalami nekrosis sehingga harus diamputasi," ungkapnya.
Meski mengalami luka serius, secara umum mental para santri dinilai sangat kuat. Pihak rumah sakit juga menurunkan tim psikologi untuk mendampingi para korban selama masa pemulihan agar terhindar dari trauma berat.
"Saya perhatikan saya ajak ngobrol, hebat ini mentalnya kuat," kata Atok.
Sejak insiden tragis yang terjadi pada Senin (29/9/2025) lalu, RSUD RT Notopuro telah menangani total 45 korban dari kejadian tersebut. Sejumlah pejabat pemerintah baik dari pusat maupun daerah juga turut hadir memberikan dukungan moral kepada para korban. Kunjungan dilakukan oleh Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Pratikno, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, serta Muhaimin Iskandar Menteri Koordinator Bidang Pemberdayaan Masyarakat menjenguk para pasien secara langsung di rumah sakit.
Pihak keluarga santri juga tampak setia mendampingi proses perawatan. Dukungan moral dari keluarga menjadi penguat mental bagi para korban untuk bisa kembali pulih baik secara fisik maupun psikis. Tragedi ambruknya musala ini harus menjadi pelajaran penting bagi semua pihak mengenai pentingnya aspek keselamatan bangunan, khususnya di lingkungan pendidikan seperti pondok pesantren.