Kamis 09 Oct 2025 16:31 WIB

AKPRIND Indonesia Dorong Ekonomi Sirkular Pesisir di Jepitu Gunungkidul

Kegiatan ini menjadi bentuk nyata kolaborasi antara perguruan tinggi dan masyarakat.

Tim Pengabdian dari Universitas AKPRIND Indonesia menorehkan langkah nyata dalam upaya penguatan ekonomi sirkular dan ketahanan lingkungan di kawasan pesisir selatan Gunungkidul lewat program pengabdian masyarakat bertema Penerapan Teknologi Tepat Guna untuk Pengelolaan Sampah dan Mitigasi Bencana di Kalurahan Jepitu, Kapanewon Girisubo, Kabupaten Gunungkidul.
Foto: dokpri
Tim Pengabdian dari Universitas AKPRIND Indonesia menorehkan langkah nyata dalam upaya penguatan ekonomi sirkular dan ketahanan lingkungan di kawasan pesisir selatan Gunungkidul lewat program pengabdian masyarakat bertema Penerapan Teknologi Tepat Guna untuk Pengelolaan Sampah dan Mitigasi Bencana di Kalurahan Jepitu, Kapanewon Girisubo, Kabupaten Gunungkidul.

REPUBLIKA.CO.ID, WONOSARI -- Tim Pengabdian dari Universitas AKPRIND Indonesia kembali menorehkan langkah nyata dalam upaya penguatan ekonomi sirkular dan ketahanan lingkungan di kawasan pesisir selatan Gunungkidul. Melalui program pengabdian masyarakat bertema 'Penerapan Teknologi Tepat Guna untuk Pengelolaan Sampah dan Mitigasi Bencana di Kalurahan Jepitu, Kapanewon Girisubo, Kabupaten Gunungkidul', tim dosen dan mahasiswa lintas program studi berhasil melaksanakan rangkaian pelatihan, penerapan teknologi, serta pendampingan masyarakat sejak awal Oktober 2025.

Sinergi Akademisi dan Masyarakat Pesisir

Kegiatan ini menjadi bentuk nyata kolaborasi antara perguruan tinggi dan masyarakat pesisir yang menghadapi persoalan kompleks, mulai dari tumpukan sampah plastik dan organik di kawasan wisata, keterbatasan energi alternatif, hingga ancaman geologi berupa potensi amblesan (sinkhole) di sekitar sumber air utama. Tim pengabdian yang diketuai oleh Prof Dr Sri Mulyaningsih ini melibatkan mahasiswa dari Fakultas Teknik Program Studi Tekik Geologi dan Fakultas Komunikasi dan Bisnis Program Studi Bisnis Digital Universitas AKPRIND Indonesia.

“Pendekatan yang kami lakukan bukan sekadar pelatihan, tetapi juga penerapan teknologi tepat guna dan pendampingan dalam penggunaannya, sehingga benar-benar dapat dioperasikan oleh masyarakat secara mandiri,” ujar Prof Sri di sela kegiatan penyerahan alat di Pendopo Balai Kalurahan Jepitu, Sabtu (5/10/2025).

Dari Sampah Menjadi Energi: Reaktor Biogas Inovatif

Salah satu fokus utama program ini adalah pembangunan Reaktor Biogas berbasis limbah organik, yang memanfaatkan kotoran ikan, sisa makanan dari destinasi wisata Pantai Wediombo dan Pantai Jungwok, serta kotoran hewan ternak milik warga. Melalui pendekatan waste-to-energy, bahan-bahan yang sebelumnya menjadi sumber pencemaran kini diubah menjadi sumber energi ramah lingkungan.

Reaktor biogas ini berfungsi menghasilkan gas metana yang dapat digunakan untuk bahan bakar memasak maupun penerangan sederhana. Sisa padatan hasil fermentasi dimanfaatkan kembali sebagai pupuk organik cair dan padat bagi lahan pertanian sekitar. “Dengan teknologi ini, masyarakat tidak hanya mengurangi timbunan sampah, tetapi juga memperoleh nilai tambah ekonomi dan energi alternatif,” jelas dosen pendamping teknis, Ir Suhartono, MT yang mewakili Ibu Iva Mindhayani, ST, MT yang berhalangan hadir. Keduanya adalah dosen pada Program Studi Teknik Industri Universitas Widya Mataram Yogyakarta yang berkolaborasi dengan Universitas AKPRIND Indonesia dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat tersebut.

Pelatihan dan instalasi sistem dilakukan selama empat hari, dimulai sejak 4 Oktober 2025, melibatkan masyarakat, pengelola wisata, dan perangkat desa. Antusiasme warga terlihat dari keterlibatan mereka dalam setiap tahap proses, mulai dari persiapan bahan, perakitan, hingga uji coba produksi gas.

Mesin Press Sampah dan Mesin Pelet: Solusi Terpadu untuk Limbah Pesisir

Selain reaktor biogas, tim AKPRIND juga menyerahkan tiga unit Teknologi Tepat Guna (TTG) lain kepada dua mitra utama, yaitu Pokdarwis Pantai Wediombo dan Pokdarwis Pantai Jungwok. Kedua kelompok sadar wisata ini selama ini menjadi ujung tombak pengelolaan wisata sekaligus menghadapi persoalan sampah yang semakin kompleks.

Mesin Press Sampah Plastik digunakan untuk mengurangi volume sampah plastik dari aktivitas wisatawan. Mesin ini mampu memadatkan botol, gelas plastik, dan kemasan sekali pakai menjadi balok padat sehingga mudah didaur ulang atau dikirim ke bank sampah regional.

“Sampah plastik adalah masalah klasik di kawasan pantai wisata. Dengan mesin ini, beban pengangkutan bisa berkurang hingga 60 persen,” terang Heri, ketua Pokdarwis Pantai Wediombo.

Mesin Pembuat Pelet menjadi inovasi bagi kelompok UMKM pengolah hasil laut di sekitar pantai. Limbah kotoran ikan yang selama ini terbuang kini dapat diolah menjadi pelet pakan ternak bernutrisi tinggi. Dengan demikian, tercipta circular economy yang saling menopang antara sektor perikanan, peternakan, dan pertanian lokal.

Oven Pengering Multiguna digunakan untuk mengolah bahan makanan berbasis ikan, seperti abon, kerupuk, dan nugget, agar lebih awet dan siap dipasarkan secara luas melalui kanal digital yang juga dibina oleh tim pengabdian.

Inovasi Sistem Deteksi Dini Bencana Amblesan – Selain berfokus pada ekonomi sirkular, tim AKPRIND juga memperkenalkan Sistem Deteksi Dini (Early Warning System) untuk Bencana Amblesan di kawasan Goa Pulejajar, sumber utama air bersih masyarakat Jepitu. Goa sepanjang ±900 meter itu diketahui menyimpan akumulasi airtanah terbesar di tengah sistem karst Gunung Sewu. Berdasarkan penelitian geolistrik, rongga akumulasi airtanah terdalam hanya ditutup oleh lapisan batugamping tipis setebal sekitar 14 meter, yang berpotensi menjadi titik rawan amblesan.

Sistem deteksi dini yang dipasang menggunakan sensor tekanan dan kelembaban berbasis IoT (Internet of Things). Alat ini berfungsi memantau perubahan kelembaban dan tekanan bawah permukaan yang bisa menjadi indikasi dini terjadinya pergerakan tanah atau pelarutan intensif di zona tersebut. Data hasil pemantauan dikirim secara real-time ke pusat kontrol di balai kalurahan, sehingga peringatan dapat segera dikeluarkan bila terdeteksi anomali.

“Peringatan dini ini bukan hanya untuk melindungi sumber air, tetapi juga keselamatan warga sekitar yang memanfaatkan Goa Pulejajar sebagai sumber kehidupan,” ujar Prof. Sri.

photo
Tim Pengabdian dari Universitas AKPRIND Indonesia menorehkan langkah nyata dalam upaya penguatan ekonomi sirkular dan ketahanan lingkungan di kawasan pesisir selatan Gunungkidul lewat program pengabdian masyarakat bertema Penerapan Teknologi Tepat Guna untuk Pengelolaan Sampah dan Mitigasi Bencana di Kalurahan Jepitu, Kapanewon Girisubo, Kabupaten Gunungkidul. - (dokpri)

Pendekatan Partisipatif dan Keberlanjutan

Keberhasilan kegiatan ini tidak terlepas dari pendekatan partisipatif yang menempatkan masyarakat sebagai subjek, bukan objek. Pelatihan diberikan dalam format hands-on training, dengan harapan warga mampu merawat, memperbaiki, dan memanfaatkan alat secara berkelanjutan. Setiap alat juga dilengkapi dengan buku panduan operasional dan sistem pemeliharaan sederhana yang dikembangkan oleh mahasiswa Teknik Mesin dan Teknik Elektro.

Pemerintah Kalurahan Jepitu melalui Lurah Sudarta menyampaikan apresiasi tinggi atas kontribusi Universitas AKPRIND Indonesia. “Kami merasa terbantu, karena teknologi yang dibawa bukan hanya canggih tetapi juga realistis untuk kami jalankan. Apalagi, ini sejalan dengan arah pengembangan wisata berbasis lingkungan yang sedang kami kembangkan di Kalurahan Jepitu,” tuturnya.

Menuju Desa Mandiri dan Tangguh

Program ini merupakan bagian dari roadmap DPPM Universitas AKPRIND Indonesia dalam mendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), terutama pada aspek energi bersih, produksi dan konsumsi bertanggung jawab, serta penanganan perubahan iklim. AKPRIND berkomitmen menjadikan Kalurahan Jepitu sebagai model Desa Mandiri Energi dan Tangguh Bencana yang dapat direplikasi di kawasan pesisir selatan lain di Daerah Istimewa Yogyakarta.

Melalui kombinasi antara inovasi teknologi, konservasi sumber daya air, dan pemberdayaan ekonomi lokal, kegiatan ini diharapkan mampu memperkuat ketahanan ekologi dan sosial masyarakat di kawasan geopark karst Gunung Sewu, yang telah diakui sebagai warisan dunia oleh UNESCO.

“Pemberdayaan masyarakat melalui teknologi tepat guna menjadi kunci keberlanjutan. Kami tidak datang untuk menyelesaikan masalah mereka, tetapi untuk memastikan mereka mampu menyelesaikannya sendiri dengan pengetahuan dan alat yang tepat,” kata Prof Sri.

Universitas AKPRIND Indonesia adalah perguruan tinggi yang berorientasi pada inovasi dan keberlanjutan, dengan visi menjadi universitas yang berwawasan lingkungan, inovatif, dan unggul bertaraf internasional. Melalui berbagai program penelitian dan pengabdian masyarakat, AKPRIND aktif mendukung pembangunan berbasis teknologi, energi terbarukan, dan pengelolaan sumber daya alam berkelanjutan di seluruh Indonesia. Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat ini terlaksana atas pendanaan dari DPPM Kemdiktisaintek tahun kedua Skema Pemberdayaan Wilayah tahun pendanaan 2025 dengan judul Pemberdayaan Wilayah Pantai Selatan DIY Menuju Transformasi Kota Wisata dengan Aglomerasi Ekonomi Biru'.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement