Senin 08 Dec 2025 10:21 WIB

Industri Lesu, Pengusaha Taman Rekreasi Minta Pemerintah Pangkas Harga Tiket Pesawat

Salah satu dampaknya adalah tergerusnya daya beli masyarakat kelas menengah.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Fernan Rahadi
Acara Rakernas PUTRI di Kota Semarang, Jawa Tengah, Ahad (7/12/2025).
Foto: Republika/Kamran Dikarma
Acara Rakernas PUTRI di Kota Semarang, Jawa Tengah, Ahad (7/12/2025).

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Sekretaris Jenderal (Sekjen) Perhimpunan Usaha Taman Rekreasi Indonesia (PUTRI), Helmi Smith, meminta pemerintah agar bisa memangkas harga tiket pesawat untuk penerbangan domestik. Menurutnya, hal itu akan membantu menggeliatkan kembali industri taman rekreasi yang masih lesu pasca pandemi Covid-19. 

Helmi menilai, saat ini harga tiket pesawat untuk penerbangan domestik masih cukup mahal. "Misalnya, terbang dari Jakarta ke Bali, masih lebih murah terbang dari Jakarta ke Singapura. Jadi orang lebih tertarik (berwisata) ke luar negeri," ucapnya saat diwawancara awak media di sela-sela Rakernas PUTRI di Kota Semarang, Jawa Tengah, Ahad (7/12/2025). 

 

Rakernas PUTRI turut mengundang Wakil Kepala Badan Pengaturan BUMN Tedi Bharata. Menurut Helmi, salah satu tujuan mengundang perwakilan BUMN adalah untuk menyampaikan kebutuhan para pelaku industri taman rekreasi. "Dengan BUMN, misalnya, (harga tiket) pesawatnya dimurahin dong," ujarnya. 

 

Selain itu, Rakernas PUTRI juga mengundang Wakil Menteri Pariwisata Ni Luh Enik Ermawati dan Wakil Menteri Dalam Negeri Bima Arya. Helmi menilai, peran Kementerian Pariwisata (Kemenpar) juga dibutuhkan untuk meningkatkan kembali industri taman rekreasi. Menurutnya, salah satu yang bisa dilakukan Kemenpar adalah menggencarkan kembali promosi wisata dalam negeri. 

 

"Misalnya nanti ada promosi bagaimana agar (warga) berwisata di Indonesia saja. Mungkin juga bisa lewat relaksasi pajak karena itu membantu sekali," kata Helmi. 

 

Helmi mengungkapkan, pasca pandemi Covid-19, industri taman rekreasi di Tanah Air masih dalam kondisi lesu, bahkan terpuruk. Dia menilai, menurunnya daya beli kelas menengah menjadi salah penyebab terjadinya hal tersebut. 

 

"Setelah Covid, boleh dikatakan kita lebih berat daripada waktu Covid. Tahun 2019-2020, kita tutup. Tahun 2023 sebenarnya kita naik trennya. Tapi 2024, politik dan kebijakan, lalu tahun 2025 kita suffer. Penurunannya 20 hingga 30 persen," ucap Helmi. 

 

Dia menilai, penurunan pengunjung taman rekreasi sebesar 20-30 persen pada 2025 disebabkan karena kondisi ekonomi nasional maupun global yang belum membaik. Salah satu dampaknya adalah tergerusnya daya beli masyarakat kelas menengah. Padahal mereka merupakan pasar utama dari taman rekreasi. 

 

"Middle class ini yang hilang, sehingga kami kehilangan market. Karena middle class ini yang wisatanya di lokal. Kalau middle up biasanya wisatanya kan ke luar negeri," ujar Helmi. 

 

Hal tersebut turut disampaikan Bendahara Umum PUTRI, Redita Aliyah Utomo. Dia mengatakan, industri taman rekreasi nasional sangat mengandalkan kelas menengah.

 

"Mayoritas wisata kami adalah kelas menengah. Middle class ini sekarang sedang sulit. Daya beli mereka lesu karena ekonomi sedang tidak baik-baik saja," ucap Redita.

 

Dia mengungkapkan, pada era pandemi Covid-19, sejumlah taman rekreasi masih bisa beroperasi. Hal itu karena mereka menawarkan wisata luar ruangan atau outdoor. "Jadi saat itu wisata kita masih dikunjungi walaupun mungkin terbatas jumlahnya. Sementara saat ini sangat hilang. Middle class tidak berbelanja, karena untuk primer saja susah, apalagi sekunder," katanya.

 

Rakernas PUTRI mengangkat tema "Explore with Confidence, Stay Protected". Acara tersebut turut dihadiri Wakil Menteri Pariwisata Ni Luh Enik Ermawati dan Wakil Menteri Dalam Negeri Bima Arya.

 

Saat ini PUTRI memiliki setidaknya 6.000 anggota. Kantor dewan pengurus daerah (DPD) PUTRI telah tersebar di 15 provinsi. Pada 2026, mereka menargetkan membuka kembali lima DPD di lima provinsi lain di Indonesia. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement