REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) menyatakan Gunung Merapi mengalami 206 kali gempa guguran selama periode pengamatan pada Selasa (15/6) mulai pukul 00.00 hingga Rabu (16/6) pukul 00.00 WIB.
Kepala BPPTKG, Hanik Humaida menyebutkan, selain gempa guguran, pada periode pengamatan itu juga tercatat empat kali gempa awan panas guguran, 33 kali gempa fase banyak, satu kali gempa frekuensi rendah, 17 kali gempa embusan, tujuh kali gempa vulkanik dangkal, serta satu kali gempa tektonik.
Berdasarkan pengamatan visual di gunung api aktif itu teramati 26 kali guguran lava pijar dengan jarak luncur maksimal 2.000 meter mengarah ke barat daya dan tenggara. Awan panas guguran juga teramati meluncur empat kali dari Merapi dengan jarak luncur terjauh 1.600 meter ke arah barat daya.
Sedangkan laju deformasi Merapi diukur menggunakan electronic distance measurement (EDM) Babadan rata-rata 0,8 sentimeter per hari. Hingga ini, kata dia, BPPTKG masih mempertahankan status aktivitas vulkanik Gunung Merapi di level III atau Siaga.
Guguran lava dan awan panas Merapi diperkirakan berdampak pada wilayah dalam sektor selatan-barat daya yang meliputi Sungai Kuning, Boyong, Bedog, Krasak, Bebeng, dan Putih. "Apabila gunung api itu meletus, lontaran material vulkaniknya dapat menjangkau daerah dalam radius tiga kilometer dari puncak gunung," kata Hanik melalui keterangan resmi di Yogyakarta, Rabu (16/6).