REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Nizam mengatakan, program kampus merdeka menyesuaikan dengan revolusi industri ke-4. Artinya, memberikan peluang fleksibilitas yang luas bagi mahasiswa untuk menyiapkan dirinya memasuki dunia profesi yang bersama-sama diciptakan dengan dunia kerja.
"Yaitu kira-kira tentang prinsip operasionalnya. Kampus Merdeka merupakan pembelajaran yang kita keroyok dengan bergotong-royong," kata Nizam, dalam keterangannya, Ahad (11/7).
Program Kampus Merdeka ini diimplementasikan dengan dua kelompok, yaitu yang diselenggarakan secara terbuka nasional dan secara instansi. Kelompok secara terbuka nasional berarti bahwa program bisa diakses oleh mahasiswa dari Sabang sampai Merauke dan terbuka bagi semua mahasiswa asal terdaftar di Pangkalan Data Pendidikan Tinggi.
Disiapkan sekitar 80 ribu peluang untuk mengikuti program-program tersebut dan nanti ada seleksi sesuai dengan masing-masing yang menawarkan program tersebut. Bobot masing-masing program dipastikan sebesar 20 SKS untuk tiap mahasiswa.
"Kita pastikan juga intensitas serta program impact-nya, sehingga program itu diakui hasilnya oleh dunia kerja. Program ini menaikkan nilai tambah yang signifikan bagi kompentisi mahasiswa, yang nanti dikurasi secara nasional dengan catatan penting nomor induknya terdata oleh PDDikti," kata Nizam menambahkan.
Salah satu program Kampus Merdeka ialah Kampus Mengajar dan merupakan kegiatan-kegiatan untuk memfasilitasi jagoan-jagoan teknologi mahasiswa. Tujuannya yakni untuk memberikan ruang supaya siap lebih awal untuk memasuki kehidupan. Nizam menegaskan, mahasiswa diharapkan bukan lulus baru bersiap, tetapi sebelum lulus sudah siap.