REPUBLIKA.CO.ID, UNGARAN -- Para petani dan penggarap sawah terdampak revitalisasi Rawapening di wilayah Desa Asinan, Kecamatan Bawen, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, menumpahkan keluh kesah mereka kepada Bupati Semarang, Ngesti Nugraha.
Pasalnya, sudah dua tahun terakhir mereka tidak dapat bercocok tanam akibat lahan pertanian yang selama ini mereka garap tergenang dan tertutup elevasi air Rawapening. Hal ini terungkap, saat warga di desa tersebut menerima bantuan sosial gotong-royong dari bupati Semarang, di Joglo Sawah, Desa Asinan, Ahad (8/8).
Di hadapan bupati, Suryono (62 tahun), salah seorang warga Desa Asinan mengungkapkan, sejak warga pemilik lahan di sekitar danau Rawapening tidak bisa bercocok tanam, terpaksa harus menyambung hidup dengan membuka lapak warung makanan dan minuman.
Kebetulan Pemerintah Desa Asinan membuka kawasan wisata baru ‘Joglo Sawah’ di dekat lahan pertanian mereka. “Sehingga, kami masih bisa menjual makanan dan minuman dari para pengunjung,” jelasnya.
Hanya saja, lanjut Suryono, saat warga mengharapkan pendapatan dari usaha baru tersebut sudah terpukul oleh pembatasan mobilitas dan aktivitas wisata, akibat pandemi Covid-19 di Kabupaten Semarang.
Sehingga warga terdampak revitalisasi Rawapening kembali harus menelan pil pahit setelah pembatasan mobilitas masyarakat dan berbagai aktivitas wisata masih dibatasi. Bahkan masih terus diperpanjang hingga saat ini.
Kendati begitu, ia optimistis kawasan Joglo Sawah Asinan tersebut cukup potensial untuk dikembangkan sebagai daya tarik bagi aktivitas pengunjung, tentunya dengan dukungan Pemkab Semarang.
“Oleh karena itu, selain meminta agar Pemkab Semarang membantu menyelesaikan persoalan genangan Rawapening warga juga berharap dukungan penerangan serta akses jalan yang memadai,” tegasnya.
Perihal keluhan warga juga diamini oleh Kepala Desa Asinan, Turchamun Jiyarto. Menurutnya, lahan pertanian yang terdampak genangan Rawapening di wilayah Desa Asinan mencapai 187 bidang.
“Untuk lahan pertanian yang berstatus hak milik (HM) memang sebagian kecilnya. Selebihnya merupakan tanah bondo deso serta lahan yang sudah secara turun temurun dimanfaatkan warga untuk pertanian,” jelasnya.
Jadi, lanjut Turchamun, yang membuat warga merasa kecewa adalah rencana revitalisasi Rawapening yang akhirnya harus berdampak terhadap aktivitas pertanian yang menjadi sumber pendapatan mereka.
Karena selama ini warga sangat berharap banyak dari hasil pertanian mereka dan di satu sisi revitalisasi Danau Rawapening juga merupakan program dari pemerintah pusat, membuat warganya tidak bisa berbuat banyak.
Tetapi setidaknya program tersebut juga masih memberikan kesempatan kepada warga yang selama ini mengandalkan pendapatan dari bercocok tanam. “Jadi harapannya program pemerintah juga bisa berdampingan dengan kepentingan warga,” tegasnya.
Menanggapi hal itu, Bupati Semarang, Ngesti Nugraha menyampaikan, apa yang menjadi keinginan warga sudah disampaikan kepada pemangku kepentingan di Rawapening, dalam hal ini BBWS Pemali Juwana.
Pemkab Semarang, jelasnya, juga telah meminta kepada BBWS untuk mencari solusi terbaik atas persoalan yang dihadapi oleh warganya tersebut.
Karena persoalan genangan Rawapening yang berdampak bagi lahan pertanian di sekitar Rawapening tidak hanya terjadi di Desa Asinan saja, namun juga di desa lain seperti Bejalen di Kecamatan Ambarawa dan beberapa desa di Kecamatan Banyubiru.
“Problemnya sama, mereka yang selama ini bercocok tanam tidak dapat menggarap lahan yang tergenang oleh elevasi Rawapening,” jelasnya.
Terkait dengan dukungan fasilitas penerangan dan perbaikan akses jalan, Ngesti menyampaikan permintaan warga akan diteruskan kepada instansi maupun dinas terkait, perihal bagaimana tindak lanjutnya.
Sebab untuk dapat memenuhi keinginan warga itu, tentu harus meyesuaikan dengan kemampuan daerah yang saat ini masih terkonsentrasi untuk penanganan Covid-19 di Kabupaten Semarang.
Bupati juga mengaku memahami keresahan warga, karena mereka tidak hanya terdampak oleh genangan Rawapening. Namun juga terdampak oleh pandemi Covid-19. Maka kemudian disalurkan bantuan sosial gotong royong, berupa paket kebutuhan pokok kepada warga yang terdampak.
“Bantuan gotong royong yang diwujudkan dalam bentuk paket kebutuhan pokok tersebut merupakan sumbangan dari para ASN, TNI, Polri, pengusaha, serta pihak swasta di Kabupaten Semarang,” ujar dia.