REPUBLIKA.CO.ID,PACITAN -- Rumah Tahanan Negara (Rutan)Pacitan, Jawa Timur melatih personelnya memiliki kemampuan tanggap bencana guna mengantisipasi berbagai situasi kedaruratan yang bisa mengancam keselamatan mereka maupun warga binaan.
"Situasi kedaruratan bencana ini telah kami simulasikan kemarin (15/9) malam dengan melibatkan semua unsur petugas, keamanan internal, dan juga warga binaan," kata Kepala Rutan Pacitan Eko Ari Wibowo dari Pacitan, Kamis (16/9).
Ia menjelaskan tujuan kegiatan memastikan kesiapsiagaan petugas dalam menghadapi ancaman bencana, sebab keselamatan jiwa warga binaan menjadi prioritas utama dalam keadaan darurat. "Simulasi ini kami lakukan secara detail sesuai dengan SOP (Standar Operasional Prosedur) sehingga kami semua mengetahui apa yang harus dilakukan apabila terjadi bencana, baik itu gempa bumi, tsunami, maupun kebakaran. Masing masing personel harus tahu siapa berbuat apa," ujarnya.
Ia juga meminta semua petugas memperhatikan waktu serta memperhitungkan proses evakuasi. Simulasi mitigasi bencana di Rutan Pacitandigelar menjelang malam hari, mulai pukul 19.00 WIB.Selain waktunya lebih leluasa, situasi gelap memberi kesan kegentingan yang mendekati situasi asli saat bencana terjadi.
Kegiatan dimulai dengan tutorial penggunaan APAR (Alat Pemadam Api Ringan) oleh personel keamanan internal, dilanjutkan simulasi evakuasi jika terjadi bencana alam yang mengharuskan mengeluarkan warga binaan keluar rutan.
Pelaksanaan simulasi dilakukan oleh semua regu pengamanan secara bergantian.
Dalam simulasi itu, diskenariokan adanya informasi valid berisi prediksi BMKGbahwa wilayah Kabupaten Pacitan terjadi tsunami setinggi 28 meter pascagempa megatrust yang melanda kawasan pesisir Jawa.
Tsunami diperkirakan datang menerjang kawasan pesisir Pacitan yang dekat dengan Kota Pacitan sekitar 29 menit, terhitung sejak gempa bumi besar terjadi. "Latar belakang kegiatan simulasi ini, yaitu prediksi BMKG bahwa di Pacitan akan terjadi gempa yang disusul tsunami dengan ketinggian 28 meter," ujar Kepala Kanwil Kemenkumham Jatim Krismono.