REPUBLIKA.CO.ID,SLEMAN -- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sleman mulai mengenalkan aplikasi Sipandu Merapi. Aplikasi ini merupakan strategi penanganan dan usaha mitigasi bencana erupsi Gunung Merapi yang memanfaatkan teknologi.
Kabid Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Kabupaten Sleman, Haenry Dharma Widjaja mengatakan, aplikasi Sipandu Merapi dapat diakses dalam sistem operasi Android. Manfaat aplikasi ini antara lain mengetahui informasi status dan erupsi Merapi.
Kemudian, mengetahui lokasi dan jarak lokasi pengguna dari radius bahaya Gunung Merapi dan mendapatkan rute-rute evakuasi dan titik kumpul terdekat dari lokasi pengguna. Lalu, mengetahui sister village desa-desa tangguh bencana di Sleman.
Selain itu, penggunaan aplikasi ini untuk mengetahui batas administrasi dan jumlah penduduk per desa di Kabupaten Sleman. Sipandu Merapi dibuat memang untuk mitigasi dan evakuasi warga maupun wisatawan yang ada di KRB Merapi.
"Bila ada sirene dan masyarakat mengaktifkan aplikasi ini, maka akan dipandu untuk menuju titik kumpul," kata Haenry, Jumat (1/10).
Bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Sekda Sleman, Aji Wulantara, turut menyambut baik langkah BPBD Sleman dalam pengembangan aplikasi Sipandu Merapi. Ia menilai, kebencanaan membutuhkan suatu tindakan reaksi yang begitu cepat.
Artinya, tidak hanya dari sumber daya manusianya, namun membutuhkan bantuan teknologi. Karenanya, aplikasi yang dari sisi namanya saja sudah memandu atau mengarahkan, bisa dipakai mendapat informasi cepat ketika Merapi itu erupsi.
Termasuk, lanjut Aji, hal-hal yang menganggu ketentraman masyarakat di lereng Gunung Merapi. Dari segi filosofi, Pandu merupakan Raja Astina yang menurunkan keluarga Pandowo dan selalu ajarkan keutamaan melindungi anak-anak rakyatnya.
Maka itu, Aji melihat, aplikasi Sipandu Merapi ini juga dapat melindungi warga lereng Gunung Merapi dan wisatawan melalui kecepatan informasi yang disajikan. Ia berharap, beragam aplikasi lain yang ada di Sleman bisa terus dikembangkan.
"Digali apa yang perlu diwujudkan setiap OPD untuk mendukung tugas-tugas teknisnya untuk mendukung kinerja Pemkab Sleman," ujar Aji.
Merapi masih berstatus siaga. Potensi bahaya berupa guguran lava dan awan panas di tenggara-barat daya maksimal tiga kilometer ke arah Sungai Woro. Lalu, lima kilometer ke Sungai Gendol, Kuning, Boyong, Bedog, Krasak, Bebeng dan Putih.
Warga diminta tidak lakukan kegiatan apapun di daerah potensi bahaya, termasuk penambangan di alur sungai berhulu Merapi KRB III. Pelaku wisata juga diminta tidak melakukan kegiatan di bukaan kawah sejauh lim kilometer dari puncak.