REPUBLIKA.CO.ID,SLEMAN -- Gelar Budaya Sleman Sembada berlangsung di lereng Gunung Merapi atau di Desa Wisata Garongan, Kalurahan Wonokerto, Kapanewon Turi. Acara diinisiasi komunitas Pajero Indonesia Bersatu Chapter Ranting Mataram Yogyakarta.
Acara itu menampilkan kesenian tradisional Kabupaten Sleman yakni seni jathilan dan tari rampak buto. Pandemi yang masih berlangsung mengharuskan jumlah penari dibatasi 50 orang saja, demi menjalankan protokol kesehatan secara ketat.
Dalam sambutannya, Bupati Sleman, Kustini Purnomo, mengapresiasi penyelenggara yang mengangkat tema kesenian dan kebudayaan tradisional Sleman. Ia berharap, gelaran ini dapat menjadi sarana pelestarian dan pengembangan budaya di Sleman.
Sekaligus, lanjut Kustini, bisa merajut persatuan dan kesatuan melalui apresiasi karya budaya tradisional yang adiluhung. Karenanya, ia mengajak masyarakat untuk menghargai ragam seni budaya warisan leluhur yang harus terus kita lestarikan.
Ia merasa, tantangan dalam pelestarian kebudayaan, khususnya budaya tradisional, semakin berat karena perkembangan zaman dan arus globalisasi pada masa sekarang. Yang mana, mengakibatkan banyak perubahan dalam pola kehidupan masyarakat.
Kustini berpendapat, kondisi itu turut berpengaruh kepada kebudayaan masyarakat itu sendiri. Usaha untuk mengembangkan dan melestarikan keberlangsungan nilai-nilai luhur dan budaya lokal daerah senantiasa terus dilakukan Pemkab Sleman.
"Hal ini dilakukan dengan mengedepankan potensi nilai luhur yang dimiliki oleh Kabupaten Sleman," kata Kustini, Ahad (7/11).
Senada, Ketua Pajero Indonesia Bersatu Chapter Ranting Mataram Yogyakarta, Yuniar Rizaldi menambahkan, kegiatan itu untuk kembali menampilkan seni dan budaya tradisional. Yang mana, mulai ditinggalkan, khususnya generasi muda.
"Harapannya, jathilan bisa lebih banyak diminati oleh kaum muda, terutama oleh masyarakat di wilayah Sleman," ujar Yuniar.