REPUBLIKA.CO.ID,SURABAYA -- Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengharapkan seluruh daerah di wilayah yang dipimpinnya bertransformasi menjadi smart city. Ia pun mengajak seluruh bupati/ wali kota untuk melakukan berbagai inovasi dan terobosan untuk mempercepat terwujudnya smart city.
"Smart city tidak hanya sekedar digitalisasi fasilitas atau pelayanan publik, namun juga memberikan kenyamanan dan kemudahan bagi seluruh warga dengan baik," kata Khofifah di Surabaya Rabu (1/12).
Khofifah mengatakan, untuk mewujudkan smart city perlu upaya-upaya inovatif yang dilakukan ekosistem daerah dalam mengatasi berbagai persoalan dan meningkatkan kualitas hidup manusia. Karenanya, dibutuhkan kajian menyeluruh agar konsep smart city di Jatim sesuai dengan keunggulan, potensi, dan tantangan khas daerahnya masing-masing.
"Jatim harus bisa memanfaatkan seiring dengan era society 5.0 ini dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk membangunan infrastruktur smart city," ujarnya.
Khofifah mengaku, banyak masyarakat yang kini telah beradaptasi dengan sistem IT yang diterapkan oleh pemerintah. Misalnya retribusi pasar di Jatim sudah sangat banyak yang menggunakan QRIS. Menurutnya ini juga menjadi arti bahwa proses keterpaduan untuk membangun kota yang cerdas sudah berada pada jalur yang tepat.
Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian mengatakan, keagungan teknologi saat ini mampu memunculkan konsep smart city untuk mengoleh sebuah perkotaan. Konsep IT dan komunikasi tersebut kini dimanfaatkan oleh kota-kota besar termasuk juga negara besar dalam mengelola wilayahnya.
"Sehingga saat ini Kemendagri sudah meluncurkan pengurusan KTP yang terintegrasi di seluruh Indonesia. Jadi, jika ada masyarakat yang KTP-nya domisili di Jakarta dan saat ini tinggal di Papua, sudah bisa mengurus di sana. Hanya perlu sidik jari," kata dia.
Guna mendukung pertumbuhan smart city di Indonesia, Tito menyebutkan perlu adanya perubahan-perubahan yang dilakukan. "Misalnya untuk mengubah mindset masyarakat dari yang biasanya bekerja biasa-biasa aja perlu dilakukan transformasi," kata Tito.