REPUBLIKA.CO.ID,PURBALINGGA -- Pemerintah Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah terus memperkuat upaya mitigasi atau pengurangan risiko bencana menjelang puncak musim hujan yang diprakirakan terjadi pada periode Januari - Februari 2022.
"Upaya mitigasi terus diperkuat guna mengurangi dan meminimalkan risiko bencana yang mungkin ditimbulkan," kata Bupati Purbalingga Dyah Hayuning Pratiwi di Purbalingga, Selasa (28/12).
Bupati mengatakan berbagai persiapan perlu dilakukan guna mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan terjadinya bencana alam akibat peningkatan intensitas curah hujan. "Kemungkinan bencana yang terjadi adalah bencana hidrometeorologi seperti banjir, longsor, angin puting beliung serta bencana lain yang potensinya meningkat akibat kondisi cuaca," katanya.
Bupati mencontohkan, beberapa waktu yang lalu, talud Sungai Serayu di Desa Wirasaba Kecamatan Bukateja mengalami longsor setelah hujan dengan intensitas tinggi mengguyur wilayah tersebut. "Hal ini perlu menjadi perhatian untuk tetap mewaspadai peningkatan intensitas curah hujan karena dikhawatirkan dapat memicu dan meningkatkan potensi bencana," katanya.
Bupati menambahkan dirinya bersama jajaran Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) telah meninjau kondisi terkini longsoran talud Sungai Serayu yang menjadi akses warga menuju Bandara Jenderal Besar Soedirman Purbalingga.
Untuk menindaklanjuti kejadian bencana tersebut bupati menginstruksikan jajarannya segera melakukan penanganan pada titik lokasi longsor tersebut dan mengimbau pemerintah desa untuk menutup sementara akses jalan tersebut. "Dinas terkait juga telah kami minta untuk menyiapkan alternatif penanganan longsor talud Sungai Serayu. Hal ini perlu secepatnya ditangani," katanya.
Terkait hal tersebut, akademisi dari Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Dr Indra Permanajati mengatakan bencana hidrometeorologi adalah bencana yang dipengaruhi oleh fluktuasi keberadaan air yang ada di dalamnya termasuk curah hujan. "Guyuran hujan yang deras dengan durasi yang lama akan berpengaruh kepada perubahan intensitas air di permukaan bumi dan meningkatkan potensi bencana hidrometeorologi," katanya.
Dia menambahkan langkah antisipasi meliputi kesiapsiagaan dalam kondisi darurat dan penyebarluasan informasi yang intensif tentang kebencanaan. "Misalnya informasi tentang prakiraan cuaca hingga informasi kebencanaan lainnya yang sekiranya dibutuhkan oleh masyarakat selama periode puncak musik hujan," katanya.