REPUBLIKA.CO.ID,SLEMAN -- Mahasiswa Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Islam Indonesia (UII) dalam Center for Medical Islamic Activities (CMIA) menggelar bakti sosial. Kali ini, mengunjungi Panti Bina Siwi yang menaungi anak-anak berkebutuhan khusus.
Ketua Baksos CMIA, Tinton Candra mengatakan, momen ini bisa jadi wadah berbagi ilmu pengetahuan, meningkatkan kualitas individu dan organisasi CMIA. Mereka membagikan baju layak pakai, kebutuhan harian dan menemani bermain anak-anak.
"Pandemi Covid-19 tidak menyurutkan keinginan mereka untuk aktif dalam kegiatan sosial," kata Tinton, Ahad (17/1).
Pengasuh Panti Bina Siwi, Sugiman menerangkan, pembentukan panti asuhan berawal dari sekolah luar biasa (SLB) pada 1996. Namun, pertimbangan anak-anak memiliki kesulitan akses untuk pulang pergi, akhirnya didirikan panti asuhan khusus.
Saat ini, ada 38 anak dengan 9 pengasuh yang menjaga dan melatih selama 24 jam. Ia bersyukur kunjungan mahasiswa CMIA FK UII mengajak anak-anak bermain bersama. Apalagi, sebelum pandemi anak-anak sering diundang untuk menampilkan kesenian.
Keterampilan anak-anak di Panti Bina Siwi terbukti dengan penampilan mereka yang cukup sering menampilkan seni gamelan bindri dan sluku-sluku bathok. Dilanjutkan angklung manuk dadali dan leleng dengan penuh semangat dan antusias.
"Mereka, bahkan tidak dilatih oleh instruktur musik, namun oleh kakak seniornya di panti. Jadi sistem pembelajarannya yang senior melatih anak-anak yang junior ," ujar Sugiman.
Selain diajari untuk bermain musik, anak-anak juga dilatih berbagai keterampilan seperti menjahit, membuat bantal, membuat keset, kado wisuda, guci tanah liat, dan pertanian. Hasil produksi nantinya dijual untuk membantu operasional panti.
Salah satu anak, Erwin Sutikno, penderita Cerebral Palsy mahir melukis. Erwin tersebut terbiasa melakukan segala kegiatan menggunakan kaki, termasuk melukis. Setelah lelah melukis, bermain musik memakai keyboard dengan sama terampilnya.
Erwin juga mandiri seperti mandi, mencuci dan menyapu mampu dilakukan tanpa bantuan orang lain. Sugiman menerangkan, 90 persen anak-anak di panti sudah tidak memiliki orang tua, 10 persen lain orang tuanya sudah lansia.
Sehingga, tidak bisa merawat mereka. Karenanya, di Panti Bina Siwi rumah mereka untuk bernaung dan berteduh. Walaupun tidak mudah melatih, dengan cara-cara menyenangkan pengasuh berusaha agar anak-anak mampu berlatih dan betah.
"Kuncinya adalah mereka senang di sini, sehingga bisa berlatih dengan baik," kata Sugiman.