Kamis 27 Jan 2022 20:20 WIB

UMS Kembali Gelar Pelatihan Teknologi Instruksional Periode ke-8

Mahasiswa juga dapat berperan aktif dalam pembelajaran.

Rep: Binti Sholikah/ Red: Muhammad Fakhruddin
UMS Kembali Gelar Pelatihan Teknologi Instruksional Periode ke-8 (ilustrasi).
Foto: Humas UMS
UMS Kembali Gelar Pelatihan Teknologi Instruksional Periode ke-8 (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,SOLO -- Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) kembali mengadakan Pelatihan Keterampilan Teknologi Instruksional (PEKERTI) bagi para dosen baru di lingkungan UMS dan luar UMS. Pelatihan digelar secara luring dan daring di Gedung Induk Siti Walidah, kantor pusat UMS, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, pada Kamis-Jumat (27-28/1).

UMS menjadi salah satu universitas swasta yang dipercaya pemerintah dalam melaksanakan PEKERTI.

Baca Juga

Ketua Biro Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) UMS, Budi Murtiyasa, menjelaskan, PEKERTI merupakan pelatihan yang ditujukan kepada dosen baru sebagai persiapan sebelum terjun untuk melaksanakan perkuliahan. 

Dia juga menyampaikan, kegiatan utama dalam pelatihan ini tentang bagaimana dosen baru memahami kurikulum pendidikan tinggi dan menjalankan kurikulum dalam perkuliahan.

"Jadi ada praktik mengajar, termasuk praktik bagaimana membuat soal untuk menilai capaian pembelajaran," kata Budi Murtiyasa seperti tertulis dalam siaran pers yang diterima Republika, Kamis (27/1/2022).

Kegiatan tersebut memiliki tujuan untuk memberikan contoh kepada dosen bagaimana dalam melangsungkan perkuliahan dalam jaringan (daring). "Nanti mereka juga akan melaksanakan perkuliahan luring dan daring," imbuh Budi.

Kegiatan PEKERTI periode ke-8 diikuti peserta sebanyak 42 orang yang terdiri dari 32 dosen di lingkungan UMS dan 10 dosen dari luar UMS.

Salah satu pembicara dalam kegiatan tersebut, Djumadi menjelaskan, pembelajaran aktif learning yang harus melalui beberapa tahapan, baik dalam daring maupun luring. 

"Dalam pembelajaran ini dosen PEKERTI harus membuat suasana belajar yang aktif dan inovatif. Tak hanya itu dosen harus humanis, memberikan forum yang sesuai dengan kondisi peserta agar pembelajaran dapat berlangsung dengan maksimal," paparnya.

Menurutnya, dosen itu sebagai fasilitator atau sutradara, sehingga mahasiswa juga dapat berperan aktif dalam pembelajaran. Agar pembelajaran tidak seperti menuang air pada gelas, dosen diupamakan yang memberi air, dan mahasiswa sebagai gelasnya.

"Dari kegiatan ini, diharapkan dapat memberikan wawasan atau gambaran kepada dosen, agar mampu merancang perangkat pembelajaran, yang bisa mengembangkan dan membiasakan karakter abad 21. Dan karakter itu yang harus dibiasakan kepada mahasiswa, dengan memiliki akhlak yang baik, sopan santun. Selain itu dalam materi juga dapat disisipkan muatan-muatan agama seperti doa dan ayat-ayat dalam Alquran, sehingga pendidikan karakter harus tetap disisipkan, walaupun tidak tertulis," terang Djumadi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement