REPUBLIKA.CO.ID,SLEMAN -- Gunung Merapi tidak mengeluarkan aktivitas vulkanik berupa guguran awan panas satu pekan terakhir. Namun, Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) masih menetapkan status siaga untuk Gunung Merapi.
Kepala BPPTKG, Hanik Humaida melaporkan, pengamatan BPPTKG periode 25 Februari-3 Maret 2022, secara visual cuaca di sekitar Gunung Merapi umumnya cerah pada pagi dan malam hari. Sedangkan, pada siang dan sore hari cuaca cenderung berkabut.
Untuk guguran lava pijar teramati terjadi 73 kali ke arah barat daya dominan ke Sungai Bebeng dengan jarak luncur maksimal 2.000 meter. Dari analisis morfologi menunjukkan perubahan morfologi dari kubah lava barat daya berupa bekas guguran. "Namun, tidak teramati perubahan ketinggian yang signifikan," kata Hanik, Ahad (6/3).
Untuk kubah tengah tidak teramati pula ada perubahan yang signifikan. Berdasarkan analisis foto udara pada 20 Februari 2022, volume kubah lava barat daya terhitung sebesar 1.578.000 meter kubik dan kubah tengah sebesar 3.228.000 meter kubik.
Hanik menerangkan, intensitas kegempaan dari Gunung Merapi pada pekan ini masih cukup tinggi. Deformasi Gunung Merapi yang dipantau dengan menggunakan EDM pada minggu ini menunjukkan laju pemendekan jarak sebesar 0,4 centimeter per hari.
Intensitas curah hujan sebesar 26 milimeter per jam selama 260 menit di Pos Pengamatan Gunung Merapi (PGM) Kaliurang pada 3 Maret 2022. Tidak dilaporkan terjadi lahar maupun penambahan aliran di sungai yang berhulu di Gunung Merapi.
Maka itu, BPPTKG menyimpulkan aktivitas vulkanik Gunung Merapi masih cukup tinggi berupa aktivitas erupsi efusif. Status aktivitas ditetapkan dalam tingkat siaga. Potensi bahaya Gunung Merapi saat ini berupa guguran lava pijar dan awan panas.
Sektor selatan-barat daya meliputi Sungai Boyong sejauh maksimal lima kilometer, Sungai Bedog, Krasak, Bebeng sejauh maksimal tujuh kilometer. Di sektor tenggara meliputi Sungai Woro maksimal tiga kilometer dan Sungai Gendol lima kilometer.
Sedangkan, lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau radius tiga kilometer dari puncak. Masyarakat diminta tidak melakukan kegiatan di daerah potensi bahaya, mengantisipasi gangguan akibat abu vulkanik.
"Waspadai bahaya lahar, terutama saat terjadi hujan di seputar Gunung Merapi," ujar Hanik.