REPUBLIKA.CO.ID,SLEMAN -- Biji karet merupakan salah satu bahan yang masih jarang diolah. Inilah yang mendorong mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) di Sumatra Selatan untuk mengedukasi masyarakat setempat tentang pembuatan tempe dari biji karet.
Kegiatan dilakukan lewat program Pejuang Muda yang merupakan sinergi Kemensos, Kemendikbudristek dan Kemenag. Diperuntukkan bagi mahasiswa dan mahasiswi agar dapat berperan dalam penanganan kemiskinan dan masalah sosial di masyarakat.
Ada Tegar Ristianto dan Alifah Nur Aqrimah dari Pendidikan Sejarah, serta Aji Nur Wicaksono dari Pendidikan Fisika. Dibantu Mangara Klose Siahaan dari Teknik Sipil Institut Teknologi Sumatera, Gulfi Oktariani dan Nadya Lucyana dari UNSRI.
Mereka ditempatkan di Desa Babat, Kecamatan Penukal, Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir, Sumatera Selatan. Tegar mengatakan, kegiatan didasari prihatin karena masyarakat belum memiliki pekerjaan sampingan setelah menyadap karet.
Apalagi, banyak biji karet yang belum dimanfaatkan sebagai bahan baku pangan. Biji karet yang jatuh dari pohon dibiarkan saja dan cuma sebagian yang digunakan sebagai bibit oleh petani. Jadi, sosialisasi untuk memberikan pandangan baru.
"Pandangan baru bagi masyarakat kalau biji karet yang menjadi potensi besar di Desa Babat akan memiliki nilai jual lebih bila masyarakat mau tergerak untuk memanfaatkannya, seperti mengolah menjadi tempe," kata Tegar, Kamis (17/3/2022).
Tegar menuturkan, tempe merupakan makanan yang akrab keseharian masyarakat. Biji karet mengandung 31,6 persen karbohidrat, 15,6 persen protein, 40,9 persen lemak serta sisanya mineral dan asam sianida. Asam sianida ini harus dihilangkan dulu.
Caranya, direndam 24 jam dan direbus 90 menit. Asam sianida memiliki sifat mudah larut dan mudah menguap, sehingga ketika perendaman akan terbuang bersama air. Sedangkan proses perebusan zat linamerase dan asam sianida akan terakumulasi.
"Tempe dari biji karet lebih lembut daripada tempe kedelai, tidak cepat menjadi busuk dan dapat disimpan selama dua minggu dalam lemari es," ujar Tegar.
Pembuatan tempe biji karet diawali menyiapkan satu kilogram biji yang dicuci. Biji karet dibuang kulitnya dengan dipecah. Setelah terpisah ari kulit, daging biji direndam 1×24 jam. Setelah itu, rebus satu jam, tiriskan dan biar dingin.
Setelah dingin air rebusan dan bakal daun dalam biji dibuang. Rendam lagi biji karet 3×24 jam, cuci dan kukus 30 menit. Air yang tersisa dalam panci dibuang, kemudian biji karet dipindahkan ke tampah dan diratakan tipis-tipis.
Biarkan dingin sampai permukaan keping karet kering dan air menetes habis. Tabur ragi tempe dua gram sambil diaduk untuk mempercepat pertumbuhan jamur. Peragian jadi tahap penentu keberhasilan membuat tempe. Lalu, kemas sesuai selera.
"Plastik atau daun pisang yang telah berisi biji karet lubangi menggunakan jarum yang terbuat dari kayu ukuran kecil kira-kira 8-10 lubang untuk setiap sisi atas dan sisi bawah. Tempe disimpan di tempat yang tidak tertutup," kata Tegar.
Untuk menghindari pembusukan karena suhu yang terlalu panas, usahakan tempat yang terjadi sirkulasi udara. Tempe didiamkan kurang lebih selama 2×24 jam. Setelah itu tempe siap diolah menjadi makanan yang lezat dan bergizi tinggi.
Kepala Desa Babat, Arie Meidiansyah, mengucapkan terima kasih kepada Pejuang Muda yang sudah berkenan menggelar kegiatan yang positif bagi warga. Ia berharap, warga dapat mengambil ilmu dan bisa menyampaikan ke keluarga.
"Sehingga, dapat bersama memanfaatkan potensi biji karet di Desa Babat jadi sesuatu yang memiliki nilai jual serta dapat menambah penghasilan keluarga," kata Arie.