Selasa 12 Apr 2022 15:06 WIB

Dosen UGM Kembangkan Metode Pemetaan Padang Lamun

Nilai ekonomi jasa ekosistem padang lamun memang jauh lebih tinggi.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Yusuf Assidiq
Padang Lamun
Foto: Smithsonian Ocean Portal
Padang Lamun

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Dosen Departemen Sains Informasi Geografi, Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Dr Pramaditya Wicaksono dan tim, mengembangkan metode pengolahan data penginderaan jauh untuk memetakan padang lamun. Metode ini mampu akurat, efektif, dan efisien.

Pengembangan teknologi berawal keprihatinan Pramaditya akan belum optimalnya pengelolaan padang lamun Indonesia. Padang lamun merupakan salah satu ekosistem karbon biru (blue carbon) pesisir yang didominasi vegetasi lamun (angiospermae).

Sedangkan, Indonesia merupakan pusat keanekaragaman hayati padang lamun dunia dan memiliki 5-10 persen luas padang lamun dunia. Tidak seperti mangrove atau terumbu karang, padang lamun merupakan ekosistem yang jarang disinggung.

Namun, padang lamun berperan menjaga kelangsungan hidup biota laut, membuat air laut jernih, dan stabilisator sedimen air. Tumbuhan air berbunga ini melindungi bumi karena mengurangi emisi gas rumah kaca signifikan dan mitigasi perubahan iklim.

Mengkaji padang lamun sejak 2010, saat ini ia mengembangkan tools pengolahan citra digital penginderaan jauh. Untuk kebutuhan pemetaan stok karbon atas permukaan dan sekuestrasi karbon ekosistem padang lamun secara otomatis.

Banyak terlibat mulai dosen, peneliti hingga mahasiswa. Institusi dalam negeri ada Pusat Riset Oseanografi BRIN), Kementerian Kelautan dan Perikanan, Badan Informasi Geospasial, Universitas Hasanuddin, dan Pusat Riset Antariksa BRIN.

Lembaga luar negeri ada The University of Queensland, Wageningen University and Research dan TH Koeln Cologne University of Applied Sciences. Pramaditya merasa, nilai ekonomi jasa ekosistem padang lamun memang jauh lebih tinggi.

Bahkan, dibanding ekosistem karbon biru lain seperti hutan mangrove dan terumbu karang. Valuasi ekosistem padang lamun mencapai 19.004 USD per hektare per tahun. Hutan mangrove 9.990 USD per hektar per tahun maupun terumbu karang 6.075 USD.

"Namun, jasa ekosistem padang lamun belum banyak mendapat eksposur dan kalah populer dibandingkan ekosistem karbon biru lain seperti terumbu karang dan hutan mangrove," kata Ketua Prodi Sarjana Kartografi dan Penginderaan Jauh UGM ini.

PRO-BRIN sebagai wali data padang lamun memanfaatkan data penginderaan jauh dalam validasi luas padang lamun Indonesia hingga 2018. Ini selaras rekomendasi aksi PBB terkait pengelolaan padang lamun yang menyebutnya menjadi pendekatan utama.

Khususnya, dalam melengkapi global dataset distribusi spasial padang lamun yang masih belum lengkap. Selain itu, memetakan jasa ekosistem padang lamun saat ini masih terbatas. Apalagi, mengingat luasnya ekosistem karbon biru di Indonesia.

"Bila informasi tersebut dapat diperoleh dan Indonesia berhasil memasukkan kontribusi ekosistem karbon biru ke dalam NDCs, peran Indonesia dalam adaptasi dan mitigasi perubahan iklim akan semakin signifikan," ujar Pramaditya.

Sejak 2013, Coastal Biodiversity Remote Sensing Research Group Fakultas Geografi UGM terus mengembangkan berbagai metode. Ada distribusi spasial dan temporal, spesies, persentase tutupan, leaf area index, cadangan karbon, dan serapan karbon padang lamun.

Khusus padang lamun, telah dikembangkan perpustakaan spektral (spectral library) berbagai spesies lamun di Indonesia. Kini juga tengah mengembangkan algoritma dan toolbox untuk pemetaan cadangan dan serapan karbon padang lamun otomatis.

"Dalam memetakan dan memantau dinamika padang lamun, serta menganalisis dampak aktivitas manusia terhadap perubahan luas tutupan padang lamun dan runtuhnya ekosistem padang lamun dilakukan bersama PRO BRIN dan Wageningen University," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement