REPUBLIKA.CO.ID, UNGARAN -- Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) pada hewan ternak sapi perah di wilayah Desa Kalisidi, Kecamatan Ungaran Barat, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah kian memprihatinkan.
Ratusan ekor sapi yang tersebar di sejumlah kandang warga dan kandang komunal saat ini berstatus suspek PMK dan dua ekor sapi milik warga mati diduga akibat terpapar penyakit hewan ternak berkuku belah ini.
Kepala Desa Kalisidi, Dimas Prayitno mengungkapkan satgas PMK di desanya terus meningkatkan pemantauan penyebaran PMK pada hewan ternak agar dapat dilakukan tindakan cepat jika ditemukan hewan ternak suspek PMK.
Karena kasus sapi perah dengan gejala klinis mirip PMK kian bertambah. "Setiap hari satgas PMK memantau perkembangan di kandang- kandang," ungkapnya, di Ingaran, Kabupaten Semarang, Kamis (2/6).
Menurutnya, populasi sapi di Desa Kalisidi sebanyak 360 ekor sapi perah. Dari jumlah ini sebanyak 60 ekor sapi dipelihara di enam kandang komunal dan 300 ekor sapi berada di kandang perorangan warga.
Sebanyak 210 ekor sapi diduga telah terpapar PMK dan dua ekor sapi dilaporkan mati. "Saat ini hanya dua kandang komunal yang masih steril dari virus PMK di Desa Kalisidi," kata Dimas.
Kepala Dinas Pertanian Peternakan dan Pangan (Dispertanikap) Kabupaten Semarang, Wigati Sunu menjelaskan kasus PMK pertama kali teridentifikasi di daerahnya pada pemeriksaan yang dilakukan pertengahan Mei 2022 lalu.
Sampai dengan akhir Mei lalu tercatat sudah ada 494 ekor sapi suspek PMK. Dari jumlah tersebut sebanyak lima ekor sapi di antaranya terkonfirmasi PMK dan dua ekor sapi dilaporlan mati.
"Sejauh ini Kecamatan Bawen menjadi satu- satunya wilayah zona merah PMK di Kabupaten Semarang, karena telah terkonfirmasi kasusnya," jelas Wigati Sunu.