REPUBLIKA.CO.ID, UNGARAN -- Kasus baru dan kematian pada hewan ternak (sapi) diduga akibat serangan Penyakti Mulut dan Kuku (PMK), di wilayah Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, masih terus bertambah. Pada Senin (13/6/2022), Bupati Semarang, H Ngesti Nugraha, melaporkan akumulasi kasus suspek PMK hewan ternak di daerahnya mencapai 1.765 ekor.
Dari jumlah tersebut, sebanyak 18 ekor sapi dilaporkan mati, sampai dengan akhir pekan kemarin. Berdasarkan data Perekembangan Kasus PMK di Wilayah Kabupaten Semarang yang dirilis oleh Dinas Kominfo setempat, pada Kamis (16/6/2022), jumlah kematian hewan ternak ini terus menunjukkan penambahan.
Baik dari sisi kumulatif kasus suspek maupun kumulatif hewan ternak yang dilaporkan mati diduga akibat serangan virus PMK tersebut. “Sampai dengan Rabu (15/6/2022), jumlah hewan ternak yang mati diduga akibat PMK telah bertambah menjadi 23 ekor,” ungkap Sekretaris Dinas Kominfo Kabupaten Semarang, Asep Mulyana, di Ungaran, Kabupaten Semarang, Kamis (16/6/2022).
Berdasarkan data tersebut, telah terjadi penambahan lima ekor sapi yang dilaporkan mati dalam lima hari terakhir. Atau dalam sehari rata-rata ada satu ekor hewan ternak yang dilaporkan mati akibat wabah PMK di Kabupaten Semarang.
Sedangkan untuk data terbaru perkembangan kasus PMK pada hewan ternak, di wilayah Kabupaten Semarang sampai Rabu kemarin, tercatat telah mencapai 1.891 ekor. Jumlah ini tersebar di 17 dari 19 kecamatan yang ada.
“Artinya hanya ada dua kecamatan masing-masing Kecamatan Ungaran Timur dan Kecamatan Jambuyang saat ini belum ditemukan kasus PMK pada hewan ternak," ujarnya.
Sementara untuk upaya penanganan (pengobatan) terhadap hewan ternak yang mengalami gejala klinis dan dinyatakan suspek PMK juga terus diupayakan oleh petugas kesehatan hewan Dinas Pertanian Perikanan dan Pangan (Dispertanikap) bersama stakeholder terkait.
“Sehingga, sampai dengan Rabu kemarin, tercatat ada sebanyak 113 ekor hewan ternak yang sudah membaik dan berangsur-angsur sembuh dari gejala klinis PMK,” tegas Asep.