REPUBLIKA.CO.ID, UNGARAN -- Upaya untuk menjaga kualitas air Danau Rawapening terus dilakukan seiring dengan pelaksanaan revitalisasi, yang dilakukan guna mengubah ‘wajah’ danau alam yang ada di Kabupaten Semarang, Jawa Tengah ini. Salah satunya melalui pemantauan berkala kondisi air sungai yang mengalir dan bermuara di Rawapening di wilayah Kecamatan Ambarawa, Bawen, Tuntang, serta Banyubiru.
“Ada 14 titik pemantauan di sungai-sungai yang mengalir ke Rawapening, kita monitoring secara rutin sebulan sekali hingga tiga bulan sekali guna mengetahui kualitas airnya,” ungkap Direktur Operasional Perum Jasa Tirta 1, Milfan Rantawi, di Banyubiru, Rabu (27/7/2022).
Upaya untuk menjaga kualitas air Rawapening, lanjut Milfan, juga dilakukan melalui pengendalian eceng gondok serta upaya-upaya pengerukan untuk mengurangi sedimentasi (pendangkalan).
Sebab masalah utama Rawapening selama ini adalah kondisi permukaan air yang tertutup oleh gulma air ini, sehingga juga mempercepat proses pendangkalan. “Kondisi ini mengakibatkan kualitas air dan ekositem terganggu, termasuk mengurangi ketersediaan air,” tegasnya.
Sampai saat ini, masih lanjut Milfan, kualitas air yang ada di Rawapening relatif dalam kategori yang baik, apalagi setelah ada langkah revitalisasi dan pengurangan gulma eceng gondok.
Fungsi lain Rawapening adalah untuk penyediaan air baku, budi daya ikan, suplai irigasi, hingga pariwisata. Kondisi permukaan air danau yang sempat tertutup oleh eceng gondok hingga 80 persen telah berdampak pada penurunan kualitas danau alam ini.
“Kondisi ini menurunkan fungsi danau, terutama dari sisi kualitas airnya. Sisa tanaman yang membusuk dan tenggelam di dasar waduk juga mengakibatkan penurunan kapasitas badan danau yang akhirnya dapat mengurangi ketersediaan air Sungai Tuntang,” tegasnya.
Sebagai BUMN yang ditugasi untuk penyelenggaraan pemanfaatan umum atas sumber air, termasuk di Rawapening, tambah Milfan, Perum Jasa Tirta I juga rutin melaksanakan fungsi konservasi ekosistem danau.
Salah satunya dilakukan dengan restocking dengan menebar 50 ribu benih ikan kalper dan nila secara rutin agar ekosistem kawasan danau ini kembali membaik. Termasuk sosialisasi budi daya perikanan yang ramah lingkungan.
“Dengan mengembalikan populasi perikanan darat, diharapkan akan dapat membantu menciptakan keseimbangan ekosistem perairan dan menekan pertumbuhan eceng gondok di Rawapening,” jelasnya.
Terpisah, Kepala Dinas Pertanian Perikanan dan Pangan (Dispertanikap) Kabupaten Semarang, Wigati Sunu mengatakan, produksi ikan di Rawapening mengalami peningkatan sejak dilakukan revitalisasi di danau ini.
Saat ini produksi ikan tangkap di Rawapening bisa mencapai 150 ton per bulan atau mengalami naik hingga 50 persen dibandingkan hasil produksi perikanan sebelum dilakukan revitalisasi.
Karena itu, Rawapening berperan dalam pemanfaatan budi daya dan penangkapan ikan. Sehingga restocking secara berkala dengan menebar benih ikan tetap dibutuhkan dalam menjaga ekosistem.
“Kepada kelompok nelayan dan pencari ikan, kami juga sosialisasikan untuk menggunakan alat tangkap yang ramah lingkungan demi menjaga kelestarian lingkungan dan keberlangsungan ekosistem Rawapening,” ujar dia.