Selasa 30 Aug 2022 16:46 WIB

Rawan Kejahatan, Sleman Usul Liga 1 tidak Terlalu Malam

Seorang suporter PSS Sleman meninggal usai menjadi korban penganiayaan.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Yusuf Assidiq
Bupati Sleman, Kustini Sri Purnomo.
Foto: @KustiniKSP
Bupati Sleman, Kustini Sri Purnomo.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Dunia sepakbola Indonesia kembali memakan korban. Kali ini, seorang suporter PSS Sleman, Aditya Eka Putranda, meninggal dunia usai menjadi korban penganiayaan belasan orang yang diduga merupakan suporter klub sepakbola lain.

Bupati Sleman, Kustini Purnomo, mengaku prihatin atas kejadian yang lagi-lagi menimpa salah satu suporter sepakbola di Kabupaten Sleman dan berharap tidak terulang kembali. Ia menyampaikan bela sungkawa atas meninggalnya Aditya.

Kepada masyarakat luas, ia mengajak menyerahkan kasus ini kepada kepolisian agar dapat diselesaikan sampai tuntas. Kustini menekankan, Pemkab Sleman akan terus mengedukasi masyarakat, khususnya suporter, agar menjunjung tinggi sportivitas.

Apalagi, lanjut Kustini, selaku tuan rumah suporter-suporter di Kabupaten Sleman harus bisa menahan diri agar kejadian ini tidak terulang kembali. Kustini turut menyoroti pertandingan-pertandingan Liga 1 yang kerap berlangsung cukup malam.

"Karena memang kadang-kadang lebih dari jam sembilan (21.00) kejadiannya, kemarin saja selesai setengah sebelasan, mungkin karena perjalanan ke luar dari Stadion Maguwoharjo (ke rumah) terlalu malam," kata Kustini, Selasa (30/8/2022).

Senada, Wakil Bupati Sleman, Danang Maharsa mengusulkan, pertandingan Liga 1 dapat diselenggarakan tidak terlalu malam. Namun, ia memahami, yang menyusun jadwal pertandingan tentu saja PSSI pusat, bukan PSS Sleman yang bertanding.

Selain itu, jadwal pertandingan terkait hak siar yang disepakati antara PSSI atau Liga 1 dengan salah satu televisi swasta Indonesia. Namun, ia tetap memberi masukan untuk dapat menghindari kejadian seperti ini agar tidak terulang kembali.

"Pastilah kejadian ini menjadi masukan tersendiri, khusus untuk Sleman ini kedua kalinya, nanti mudah-mudahan ada semacam kebijakan khusus dari PSSI pusat agar pertandingan (di Sleman) tidak terlalu malam karena resikonya," ujar Danang.

Meski begitu, Danang mengingatkan, risiko-risiko tersebut tidak ada di stadion, tapi sebelum dan setelah pertandingan. Karenanya, ia berharap, setelah ini PSSI dapat membicarakan masukan ini ke pihak-pihak sponsorship untuk mencari solusi.

Sebelumnya, Aditya Eka Putranda menjadi salah satu korban penganiayaan yang dilakukan belasan orang usai menonton pertandingan PSS kontra Persebaya. Kejadian ini terjadi di palang pintu kereta api Jalan Bibis-Patukan Sleman.

Selain Aditya yang meregang nyawa, ada dua rekan lain yang turut mengalami penganiayaan dan menderita luka lebam maupun luka bacokan. Polres Sleman telah menetapkan 12 orang dari 18 orang yang diperiksa sebagai tersangka penganiayaan.

Ironisnya, pelaku-pelaku penganiayaan ada yang masih di bawah umur (17) dan ada pula yang sudah cukup tua (40 tahun). Selain itu, dari pelaku diamankan barang bukti seperti tujuh molotov, pipa, pedang, sangkur, celurit, dan kembang api.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement